Selain dengan nasi, pembeli juga bisa memilih bubur gudeg. Bubur beras putih yang gurih bisa dinikmati untuk balita, lansia, orang yang sakit maupun Anda yang sekedar kangen makan bubur.
Satu porsi gudeg lengkap terdiri dari nasi atau bubur, gudeg nangka muda yang dimasak dengan santan hingga kering, ayam, telur, tahu, tempe, sambel krecek, dan kuah areh berwarna coklat.
Ayam yang biasanya digunakan dalam gudeg adalah varian ayam kampung. Ini semacam aturan tak tertulis namun menjadi rahasia kenapa gudeg istimewa. Selain sebab nangka muda, ayamnya juga pilihan terbaik.
Memang, harganya jadi lebih mahal dibanding kuliner dari olahan ayam broiler. Tapi pembeli tidak akan kecewa. Proses memasak yang lama dengan aneka bumbu yang pas membuat ayam kampung ini sayang untuk dilewatkan. Dagingnya empuk dengan rasa gurih manis yang membuat anda selalu terkenang. Beginilah Jogja.
Makan ayam dan telur sebagai pendamping gudeg tentu bukan pilihan saya sepuluh tahun lalu. Jika membeli gudeg, lauk yang saya pilih lebih sering tahu dan tempe. Kalau tanggal muda, bolehlah nambah telur. Tapi makan lauk ayam, amat terbatas. Kecuali mengkonsumsinya dalam bentuk mie instan rasa ayam bawang, beda lagi!
Itu dulu. Sembilan tahun berumah tangga dan menetap di Jogja membuat saya makin sering mengkonsumsi gudeg. Kali ini tanpa menunggu tanggal muda. Bukan sebab kaya tapi saya makin mirip penduduk Jogja yang memilih gudeg sebagai menu sarapan pagi.
Sebagai keluarga muda dengan empat anak berusia sepantaran, pagi menjadi salah satu waktu hectic. Kami kerap membeli sarapan instan rumahan yang bergizi, terjangkau dan menggugah selera.
Gudeg salah satu pilihanya. Rupa-rupa lauknya komplit dari protein nabati sampai hewani. Makan ayam dan telur makin lezat bersama gudeg. Selain sayur nangka sendiri, ada juga penjual gudeg yang menyediakan daun singkong rebus sebagai varian sayur hijau. Disiram dengan sambal krecek yang pedas bertabur cabai rawit utuh, sarapan anda akan sempurna.
Anak-anak sangat menyukai telur gudeg yang berwarna coklat. Mereka kerap berjingkat menggadonya jika saya lengah. Meski sama-sama direbus, telur gudeg beda dengan telur rebus yang rasanya cenderung hambar.Â
Telur gudeg setelah direbus, dikupas kemudian dimasak menggunakan aneka bumbu hingga rasanya meresap sampai ke dalam. Balita saya yang berusia lima belas bulan menyukai bubur gudeg dengan telurnya yang dicacah kasar.