Mohon tunggu...
Yosi Prastiwi
Yosi Prastiwi Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga

Hobi nulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hujan Pandemi di Bulan Desember

17 Desember 2020   16:05 Diperbarui: 18 Desember 2020   18:05 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi masker dan hujan. Gambar diolah dari Pixabay


​

Hujan Pandemi di Bulan Desember 

(I)

Pada hari hari singkat

yang berat dan masih hujan

aku memintamu menulis wasiat

sebab usia

hari-hari ini makin rahasia.

Desember hari ini

kita masih bertahan dalam abu-abu

yang kelu.

Keluarga tangguh impian

kita simpan 

di saku terdalam

Aku berharap kita masih hidup

dua tiga bulan nanti

hingga seterusnya

Tidak perlu ada kematian warga lagi

Tidak perlu ada pengorbanan juru obat

dan keluarganya yang malang

***

(II)

Ini hari-hari singkat

yang berat lagi hujan.

Kau menggelengkan kepala.

Ide berwasiat tentu menyebalkan.

"Kita tidak tahu mahkota itu sudah bersarang

di tubuh kita atau tidak, Abang."

Tiap demam, kita saling curiga dan menguatkan.

"Bayarlah hutangku nanti kalau mati,"

pesanmu mengerikan.

Aku menggeleng kepala 

Aku tidak mengijinkanmu mati

Kau harus pastikan dulu

kita masuk ke surganya Allah,

baru kau boleh mati.

Bukankah kau sudah berjanji

menjauhkan kami dari api neraka?

sungutku kesal.

Kau tertawa entah karena apa

Aku diam-diam dilanda cemas

yang menganga.

Aku ingin melarangmu keluar pagar

Mari berhemat saja sampai tahun depan

Seperti kata orang-orang

Tapi tak semua pekerjaan

leluasa dikerjakan dari rumah

Tetap bekerja keluar adalah pilihan logis

paling menakutkan

Juga memberatkan juru rawat

***

(III)

Ah, ini hari-hari singkat

lagi berat

andai tidak ada hikmah

di dada setiap muslim

Lalu,

kau lupa soal rencana

menulis surat wasiat

Kecuali barangkali satu dua pesanku,

"Bang, segeralah menikah jika aku mati duluan. 

Carilah perempuan yang mau mengurusmu 

dan empat anakmu."

Aku khawatir benar, 

kau tak pandai mengurus diri

Kau tertawa lagi,

entah karena apa

Aku diam-diam berdoa

soal kita

Panjang umur di dunia

bertemu lagi di surga

Masa bodoh kau nanti bosan.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun