"Oke, mungkin sekarang kamu menyukaiku karena aku cantik," perempuan itu menghela nafas. Laki-laki di hadapannya mengangkat alisnya.Â
"...aku sehat, aku punya jadwal olahraga dan yoga. Badanku bagus..."Â
Laki-laki itu ingin menyela tapi perempuan itu kembali berkata.
"Aku punya pekerjaan bagus. Gaji cukup." Perempuan itu berhenti bicara. Laki-laki di depan hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia tahu, ini bukan waktu yang tepat baginya bicara.Â
Suasana resto malam itu cukup ramai. Beberapa pasangan dan keluarga duduk menghadap meja mereka. Sebagian sibuk menyantap hidangan. Yang lain saling berbicara. Ada juga yang asik dengan ponselnya. Seorang balita menangis di kursinya. Kentang gorengnya jatuh.Â
"Tapi, semua itu hanya sementara." Perempuan itu kembali bicara.Â
Laki-laki itu kembali mengangkat alisnya. Kali ini juga kedua tangannya, hendak protes.Â
"Tunggu, biar kuselesaikan." Perempuan itu buru-buru meletakkan gelas minumnya. Kopi dengan aroma pandan menyisakan rasa manis di langit-langit mulutnya.Â
"Mungkin pernikahan kita memang sempurna. Teman-teman kita saling mengenal. Keluarga kita bersahabat. Mereka mendukung."Â Â