Mohon tunggu...
Yosi Prastiwi
Yosi Prastiwi Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga

Hobi nulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Berguru Kepalang Ajar Bagai Bunga Kembang Tak Jadi

25 November 2020   16:09 Diperbarui: 4 Desember 2020   18:42 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peribahasa ini menggambarkan situasi yang tidak diinginkan para guru akan kondisi muridnya dikemudian hari. Ilmu yang dipelajari setengah-setengah, tidak akan berfaedah. 

Wajar saja, saat mengajar, guru tak sungkan membagi ilmu. Saat membimbing, guru tak segan mengarahkan. Tidak ada guru yang menginginkan muridnya berakhir seperti peribahasa ini. Sepenuh hati menuntut ilmu dengan adab terpuji pada guru adalah kunci menghindarinya. Konon begitu, jika bukan pastilah perkara nasib dan pilihan hidup

Hiruk pikuk membimbing mahasiswi calon bidan dilakoni Sri Muslimatun sejak 1995. Bu Mus, begitu ia biasa dipanggil terlibat di dunia akademisi sebagai pembimbing di Poltekes Kemenkes dan Stikes Aisyiyah Yogyakarta. Membimbing baginya bukan saja perkara transfer ilmu tapi memastikan sekolah juga tuntas. Lulus. Kecuali soal salah jurusan atau beda passion yang merebak jadi alasan pindah sekolah belakangan ini. Bukankah tiap pilihan mesti menanggung konsekuensinya?  Sekalipun jika salah passion di kemudian hari. 

Begitu juga Sri Muslimatun sebagai pembimbing. Ia ingin anak didiknya bertanggung jawab dengan pilihannya di kampus. Ibu tiga anak ini memandang mereka seperti anak-anaknya sendiri. Perlakuannya adalah wujud perhatiannya. Tak jarang, mahasiswi bimbingannya selesai bimbingan hingga larut malam. Ia diingatkan pihak kampus agar tak berlebihan. Padahal Sri Muslimatun hanya ingin mahasiswi bimbingannya meraih yang terbaik. 

Begitulah Sri Muslimatun saat menjalani aktivitas sebagai bagian dari instansi pendidikan. Totalitas adalah nama tengahnya. Yang ia inginkan adalah perbaikan dan kebaikan para mahasiswi calon bidan.

Ia mendorong mereka bertanggung jawab pada pilihan mereka dan pembiayaan dari orangtua dengan menyelesaikan sekolah kebidanan. Ini adalah langkah awal sebagai murid sebelum mereka berhak mengaplikasikan ilmu yang diperoleh.  


Bidan sendiri bukan profesi yang hanya membutuhkan update ilmu dan upgrade keterampilan tapi juga empati. Sesama perempuan mendukung perempuan lainnya sepanjang masa kehamilan sampai persalinan adalah salah satu tindakan terbaik. Dukungan semacam inilah yang menginspirasi Sri Muslimatun memilih bersekolah kebidanan. 

Muslimatun kecil hidup di tengah keluarga besar dengan 10 saudara. Kehadiran dan bantuan bidan pada Ibu dan keluarganya ia sadari benar. Bukan hanya saat mendampingi persalinan tapi juga memberikan dukungan moril. Atas ijin Tuhan, bidan menyelamatkan dan menguatkan. 

Muslimatun bertekad untuk melakukan kebaikan dan pelayanan serupa bidan bagi masyarakat. Pengabdiannya sebagai bidan dimulai sejak 1976 di RS Bethesda dan RSUP Dr  Sardjito. 10 tahun kemudian di tahun 1995, ia masuk ke dunia kampus dan membimbing mahasiswi kebidanan. Di tahun 2006, siapa sangka bidan yang lahir dari keluarga sederhana ini mulai mendirikan rumah sakit sendiri. Impiannya tak pernah berhenti pada dirinya. Pelayanan masyarakat menjadi bagian dari kontribusi hidupnya. 


Meski kini tak lagi mengajar, keberpihakannya pada guru mewarnai kebijakan yang ia ambil semasa menjadi wakil bupati Sleman sejak 2016. Sebagai anggota aktif, ia terlibat di tiap agenda PGRI. Sri Muslimatun juga turut mengawal kenaikan honor guru tidak tetap (GTT) dan pegawai tidak tetap (PTT).  

Komitmennya pada guru bukan hanya pada peningkatan kesejahteraan, tapi juga kesehatan mereka. Setiap HUT PGRI, Sri Muslimatun membuka akses pemeriksaan dan pengobatan gratis bagi guru-guru yang terjangkit IVA dan katarak di Rumah Sakit Sakina Idaman yang dikelolanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun