Mohon tunggu...
Yosi Prastiwi
Yosi Prastiwi Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga

Hobi nulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perempuan Sidokerto Merajut Ketahanan Keluarga

25 November 2020   13:22 Diperbarui: 18 Desember 2020   20:48 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu pedagang perempuan di pasar tiban Sidokerto, luwes berdagang sekaligus mengasuh anak. Dokpri.

Seperti namanya, pasar tiban ini artinya pasar kaget. Pasar ini hanya buka di Minggu pagi. Rupa-rupa yang dijual lengkap dan terjangkau. Tersedia jajanan pasar macam lopis, ketan, cenil sampai kudapan sego megono, sate ayam, bubur dan pecel. 

Jajan anak seperti roti, sempol dan kentang goreng pun tersedia. Di sudut jalan, perempuan muda menggelar aneka perkakas rumah tangga. Tak ketinggalan penjual buah dan sayur siap olah di sebelahnya. Pendek kata, satu ruas jalan di dusun Sidokerto pagi itu meriah dengan aktivitas jual beli.

Menariknya, semua penjual pasar tiban Sidokerto ini perempuan. Sebagian adalah para istri yang suaminya terdampak pandemi. Tidak lagi bisa bekerja seperti sebelumnya.


Pandemi mengubah banyak hal di sekeliling kita. Kehilangan adalah satu kata yang tepat menggambarkan kondisi saat ini. Kita kehilangan sahabat dan tetangga karena terserang covid-19. Perekonomian menurun. Banyak perusahaan besar terpaksa tutup. Orang-orang kehilangan pekerjaanya. Kehidupan yang aman dan nyaman jauh dari jangkauan.


Mereka yang terbiasa berkantor butuh adaptasi untuk bertahan. Banting setir mengupayakan penghasilan. Sayangnya keterampilan tidak cukup dipelajari dalam satu dua hari. Butuh waktu dan pengalaman. Padahal kebutuhan pangan dan rengekan anak-anak lapar tak bisa ditunda lebih lama.


Di sisi lain, ketahanan keluarga terus berguncang. Angka perceraian meningkat selama pandemi. Salah satunya sebab ketidakcukupan ekonomi rumah tangga. Keluarga yang digadang tangguh menjaga tiang negara kini rapuh dan keropos sebagian. 



Suasana pasar tiban Sidokerto-dokumen pribadi
Suasana pasar tiban Sidokerto-dokumen pribadi

Namun, sebagian keluarga tangguh lainnya menolak tumbang. Pandemi boleh mencabut banyak hal tapi tidak semangat juang mereka. Mereka boleh jadi kehilangan kemapanan tapi mereka tidak menyerah.


Perempuan-perempuan dari Sidokerto salah satunya. Ketika satu tumpuan ekonomi keluarga terdampak, mereka berupaya bertahan. Menggerakan simpul-simpul usaha kecil dari bilik rumah. Mengolah kudapan dengan kedua tangan mereka. Berani menghadapi tantangan.

Pekerjaan mereka mungkin bukan cita-cita semasa muda. Apalagi passion bisnis ala pengusaha. Para perempuan ini membuka pasar kaget di Minggu pagi sejak pandemi. Tidak banyak namun mengikhtiarkan kecukupan.

Sikap optimis ini semoga menginspirasi perempuan tangguh lain dimanapun berada. Memulai langkah kecil dari rumah untuk keluarga. Tak sungkan berkarya jika dibutuhkan. Sebab keluarga tangguh bisa diusahakan 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun