Sejak saat itu, mereka memperbaiki jadwal serta menutup dan mengunci portal (palang pintu kereta) mulai pukul 01.00 - 04.00 WIB agar kejadian tersebut tak terulang kembali.
Kesulitan yang dirasakan Burhan ternyata tak hanya saat banyaknya pengendara yang lalu-lalang di perlintasan tersebut, tetapi juga kondisi lokasi pintu perlintasan kereta yang terletak setelah tikungan.Â
Hal ini mengharuskan Burhan dan teman-temannya untuk lebih waspada dan hati-hati ketika ada kereta dari arah Jakarta yang datang dan akan melintas.Â
Karena, dari tikungan tersebut kereta seperti datang secara tiba-tiba dan dapat mengejutkan para pengguna yang akan menyeberangi lintasan kereta tersebut.
Kini, pintu perlintasan kereta di gang Haji Dul memang sudah dapat diakses kembali seperti semula. Hanya saja, Burhan berharap agar para pengguna dapat lebih saling mengerti dan menghargai para penjaga yang selalu berusaha menjalankan tugas dengan baik.
"Saya merasa yang melintas di portal adalah bos kami semua, karena mereka yang memberi kami upah, kami harus ramah, sopan, dan ikhlas," ungkap Burhan.
Tugas yang Burhan lakukan memang tidak mudah dan berisiko tinggi. Ia harus selalu waspada dan teliti, karena taruhannya adalah nyawa. Maka sudah sewajarnya, jika para pengguna dan petugas harus bisa saling mengerti dan menghargai satu sama lain.
"Harus, take and give," tutur Burhan. (YA)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H