Mohon tunggu...
Yosi Avelina
Yosi Avelina Mohon Tunggu... Freelancer - Bismillah

Be kind to yourself

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kisah Penjaga Pintu Perlintasan Kereta

2 Juli 2021   13:52 Diperbarui: 19 Juli 2023   00:57 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kesulitannya bila jam sibuk pagi dan sore hari, maka harus dibantu oleh teman lain untuk mengatur perlintasan. Sebab volume kendaraan lumayan padat lebih dominan kendaraan motor," ujar pria berusia 42 tahun itu.

Sebagai seorang suami dan ayah dari tiga orang anak, tentu ia memilki tanggung jawab untuk mencari nafkah. Penghasilan dari menjaga dan mengawasi pintu perlintasan kereta hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarganya. Ia tak memiliki penghasilan tetap.

"Ada upah per hari, tapi tidak tetap. Upah per hari tidak menentu, bagaimana hasil yang kami terima dari pelintas saja," jelasnya.

Burhan juga menjelaskan, dalam menjalani tugas tidak ada pembagian upah. Setiap orang mendapatkan upah sesuai dengan jadwal masing-masing. Uang yang diterima oleh setiap individu saat bertugas, itulah upahnya.

Burhan dan teman-temannya pernah hampir kehilangan pekerjaan pada tahun 2019 ketika terjadi kecelakaan diperlintasan tersebut. 

Kereta jurusan Jakarta-Bogor menabrak sebuah minibus pada dini hari. Setelah kejadian itu, akses di pintu perlintasan kereta tersebut ditutup sementara.

"Pernah ditutup setelah terjadi kecelakaan, tapi tidak tutup total aksesnya. Yang boleh melintas hanya orang dan motor saja, Hanya beberapa bulan saja sampai proses dari kepolisian selesai," jelas Burhan.

Sambil menunggu proses dari kepolisian selesai, Burhan dan teman-temannya berusaha mengumpulkan dana dari para pejalan kaki dan pengguna motor yang bisa melewati perlintasan tersebut. 

Dana itu akan digunakan untuk membuka kembali pintu perlintasan kereta agar pengguna mobil juga dapat mengaksesnya.

Kejadian itu menjadi pelajaran penting bagi Burhan dan teman-temannya. Burhan mengatakan, saat kejadian dini hari itu, portal sudah tidak ada yang menjaga. 

Namun, seperti biasanya portal memang tetap dibuka, karena warga sekitar juga terbiasa lalu-lalang diperlintasan itu selama 24 jam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun