Namun, jika ditemukan adanya problem pada seorang anak muda millenial yang mengakui dirinya sudah cinta/mencintai seseorang, akan tetapi terdapat suatu tindakan yang dapat mencelakai bahkan ada yang sampai menyakiti orang yang dicinta, sudah pasti orang tersebut tidak dapat dikatakan cinta yang sepenuhnya/murni dari hati. Karena cinta/mahabbah yang tulus akan melahirkan pelayanan yang terbaik dan luar biasa dalam membahagiakan terhadap orang yang dicintainya tersebut.
Untuk memahami dalam konsep cinta yang sejati itu harus diwujudkan, diekspresikan, direalisasikan dalam bentuk tindakan. Misalnya, apabila kita tidak mencintai terhadap suatu kegiatan yang bernilai buruk bagi diri kita sendiri, yang tidak dapat memberikan suatu manfaat, maka tindakan kita adalah meninggalkan kegiatan tersebut. Ada sebuah syair dari Jalaludin Rumi yang sangat menggema keras dalam dunia filsafat cinta yaitu “kata-kata yang pecah berkeping-keping, atau Ambyarr (dalam bahasa jawa) ketika sampai pada Hakekat Cinta,..dalam menguraikan makna pada Hakekat cinta, rasio terbaring lemah tak berdaya, rasio hanya bisa terbungkam diam dan terpaku, bagaikan seekor keledai yang terbaring dilumpur hina.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H