sendang Sirahan, dimana sendang ini terletak di dukuh Sirahan Rt 03/Rw 07, Kelurahan Pundungrejo, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo, Solo. Sendang ini dianggap para warga sebagai tempat suci dan sakral.Â
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata sendang adalah kolam/sumber air di pegunungan dan sebagainya yang airnya berasal dari mata air yang ada di dalamnya, biasanya dipakai untuk mandi dan mencuci, airnya jernih karena mengalir terus. Salah satu sendang yaituDimana sendang ini juga sangat begitu penting terhadap berlangsungnya kehidupan masyarakat dukuh Sirahan. Sebelum membahas sendangnya, alangkah baiknya kita mengetahui terlebih dahulu mengenai asal usul dukuh Sirahan.Â
Arti kata Sirahan dalam bahasa Jawa yaitu Sirah, atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai kepala. Asal usul nama dukuh Sirahan berawal dari adanya peperangan antara Bandung Bondowoso dengan Prabu Boko. Terjadinya peperangan ini diawali karena Prabu Boko sebagai raja ingin memperluas wilayah kerajaannya dan merebut kerajaan Bandung Bondowoso. Tetapi dalam pertempuran Prabu Boko berhasil dikalahkan oleh Bandung Bondowoso. Lalu kepala sang prabu dibuang jauh ke hutan belantara, di mana sekarang telah menjadi desa yang bernama Sirahan.Â
Di dalam desa tersebut terdapat suatu Sendang. Sendang ini berfungsi sebagai tempat pemandian, sumber air minum, dan tempat penyelenggaraan tradisi kebudayaan setempat. Menurut salah seorang sumber yang saya wawancarai bernama Harso (81th), beliau mengatakan bahwa "Sendang tersebut merupakan peninggalan dari masa hindu-buddha.Â
Pada awalnya hanya terdapat dua Sendang yaitu Sendang untuk minum dan Sendang untuk mandi para wanita. Di dalam sedang minum tersebut terdapat sebuah patung tanpa kepala yang konon katanya, sebagai penggambaran sang prabu Boko. Zaman dahulu yang diperbolehkan mandi di sendang hanya para wanita, kemungkinan para pria mandi di tepi sungai. Lalu pada zaman kolonial Belanda, dibangunlah satu sendang lagi untuk para pria. Tujuan pembangunan ini adalah untuk peninggalan dari Belanda". (Rabu, 26 Mei 2021). Berikut akan saya tampilkan gambar dari sendang yang berada di Sirahan.
Saat itu saya melakukan observasi langsung ke Sendang tersebut, dapat saya gambarkan suasana disana seperti menyimpan banyak mistis, sejuk, tenang, dan airnya sangat jernih serta segar. Tetapi kebersihan lingkungan sekitar Sendang kurang terjaga, dimana masih banyak sampah dedaunan yang mengotori Sendang tersebut.Â
Untuk Sendang air minum, ada larangan khusus untuk tidak membasahi sekitar Sendang. Jadi ketika kita menimba air di Sendang tersebut, dan ingin mencuci tangan/kaki, maka saat menuangkan air tidak boleh langsung ditempat melainkan diluar Sendang. Hal ini demikian, menurut analisis saya mungkin karena Sendang itu dianggap suci dan dijaga kebersihannya.Â
Dan pada gambar dapat dilihat terdapat bekas taburan bunga dan pembakaran dupa. Hal ini menunjukkan bahwa warga sekitar masih melakukan ritual mendoakan sang prabu dengan membakar dupa, demi melestarikan kebudayaan dan menjaga keamanan desa tersebut. Berkaitan dengan menjaga keamanan desa, para warga melakukan tradisi bersih desa dengan maksud agar terhindar dari berbagai bencana ataupun penyakit. Salah satu tradisi bersih desa yang tetap dilakukan hingga sekarang ialah pertunjukan ledhek/tayub.Â
Dimana telah diyakini dengan melakukan tradisi bersih desa maka desa akan aman dari segala hal, dan jika tidak dilaksanakan desa tersebut akan mendapatkan suatu musibah. Pertunjukan tayub ini dilakukan di Sendang karena dianggap sebagai pusat dari desa tersebut dan tempat suci. Sehingga ketika pertunjukan ledek tayub dilakukan para warga berkumpul di Sendang tersebut. Di Sendang tersebut dibangun sebuah aula kecil atau pendopo sebagai tempat menarinya para ledhek, dan gamelan yang mengiringinya.Â
Seluruh proses pelaksanaan pertunjukan tayub ini dibiayai oleh  kas RT termasuk menyewa para penari, gamelan, dan membuat makanan. Secara bersama para warga bergotong-royong untuk menyelenggarakan acara tersebut, seperti menyiapkan tempat, makanan dan lainnya. Tak hanya mempertunjukkan penari, tetapi juga terdapat acara kenduri (makan bersama) atau dalam bahasa Jawa disebut dengan kondangan. Maka dari itu untuk menyiapkan makanan, biasanya proses memasak dilakukan di rumah RT setempat. Hal yang menandai proses berakhirnya pertunjukan ini adalah dengan makan bersama (kenduri)". (Minggu, 14 Maret 2021).
Maka dapat disimpulkan bahwa terselenggaranya pertunjukan tayub sangat berkaitan dengan Sendang Sirahan. Di mana Sendang ini sebagai tempat suci desa tersebut. Sesuai dengan tujuan dilakukannya pertunjukkan tayub adalah untuk tradisi bersih desa atau menjaga keamanan desa dari segala hal. Bahkan sekaligus dapat digunakan sebagai media dalam melestarikan kebudayaan Jawa dan menjaga silaturahmi sesama warga desa Sirahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H