Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sporting Lisbon, Dari Sensasi ke Turbulensi

29 Desember 2024   14:58 Diperbarui: 29 Desember 2024   14:58 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sporting Lisbon dua kali berganti pelatih di musim 2024-2025 (Record.pt)

Pada musim 2024-2025, Sporting Lisbon menjadi klub yang mengalami perubahan situasi cukup drastis. Penyebabnya, klub ibukota Portugal itu mengalami dua kali pergantian pelatih.

Pada awal musim 2024-2025, sang juara bertahan Liga Portugal sebenarnya mencatat performa impresif. Di bawah arahan Ruben Amorim, mereka mampu mencatat 11 kemenangan beruntun di liga domestik.

Tak cukup sampai disitu, Si Singa juga tampil oke di penyisihan Liga Champions. Puncaknya, Manchester City mampu dibabat 4-1, dalam laga yang diwarnai tiga gol Viktor Gyokeres.

Sekilas, semua terlihat sempurna. Kalau bisa bertahan sampai akhir musim, tim rival sekota Benfica itu berpeluang meniru kiprah sensasional Bayer Leverkusen di musim 2023-2024 bersama Xabi Alonso.

Seperti diketahui, Die Werkself sukses mencatat rekor tak terkalahkan di Bundesliga dan DFB Pokal, yang membawa mereka meraih gelar dobel. Di Eropa, Florian Wirtz dkk juga melaju sampai final Liga Europa.

Masalahnya, kemungkinan unik ini langsung buyar di akhir bulan Oktober, akibat gerak cepat manajemen Manchester United. 

Seperti diketahui, segera setelah mendepak Erik Ten Hag, Tim Setan Merah langsung mengaktifkan klausul pelepasan Ruben Amorim senilai 10 juta euro. Kebetulan, klausul "harga khusus" ini berlaku jika klub peminat sang pelatih adalah klub besar dari liga top Eropa.

Pada prosesnya, Sporting sempat melakukan transisi singkat, dengan menyiapkan Joao Pereira sebagai pengganti di kursi pelatih. Inilah yang membuat Amorim baru bisa bergabung dengan MU di bulan November.

Mengingat situasinya yang mendadak, langkah gerak cepat ini terbilang logis. Maklum, Pereira sebelumnya adalah pelatih tim U-23 Sporting, dan memang disiapkan sebagai pelatih tim utama, andai Amorim pergi di masa depan.

Masalahnya, ketika eks pemain Timnas Portugal itu mulai bertugas, ia kesulitan menjaga standar tinggi peninggalan Ruben Amorim, yang membuat tim bisa konsisten bersaing dengan FC Porto dan Benfica di dalam negeri. Meski punya materi pemain sama persis, eks pemain Valencia ini tak kuasa mencegah tren negatif.

Apa boleh buat, laju Sporting pun tersendat, dan mulai keteteran. Tim yang tadinya tak terkalahkan pun dipaksa masuk dalam turbulensi, akibat menelan 4 kekalahan dan hanya 3 kali menang di 8 pertandingan, termasuk kekalahan 1-5 dari Arsenal di Liga Champions.

Tren negatif ini akhirnya memaksa Joao Pereira kehilangan posisinya. Kamis (26/12) lalu, klub mengumumkan kepergian sang pelatih dan stafnya.

Joao Pereira, hanya bertugas dalam periode singkat sepeninggal Ruben Amorim (Dailymail.co.uk)
Joao Pereira, hanya bertugas dalam periode singkat sepeninggal Ruben Amorim (Dailymail.co.uk)

Sebagai gantinya, Rui Borges, yang sebelumnya melatih Vitria Guimares, ditunjuk sebagai pelatih baru. Meski masih minim prestasi, jika dibanding Amorim, pelatih berusia 43 tahun ini punya lebih banyak pengalaman melatih ketimbang Pereira, yang hanya berpengalaman melatih tim muda Sporting.

Namanya belakangan juga sedang mulai naik daun di Portugal, karena mencatat 12 laga tak terkalahkan bersama Vitoria Guimares di UEFA Europa Conference League. Rinciannya, 6 kemenangan di babak kualifikasi, ditambah 4 kemenangan dan 2 hasil imbang di fase liga.

Pada musim 2023-2024, Borges juga sempat membawa klub semenjana Moreirense finis di posisi 6 Liga Portugal. Capaian ini menjadi catatan finis terbaik klub di liga.

Dengan rekam jejak seperti itu, ada harapan Sporting bisa (setidaknya) mendekati level performa yang ditinggalkan Ruben Amorim. Jadi, kesempatan klub mempertahankan gelar juara liga, dan meraih prestasi lain masih terbuka.

Jika semua berjalan lancar, sang pelatih bisa mengikuti jejak Amorim, yang membangun reputasi bagus sebagai pelatih di klub masa muda Cristiano Ronaldo.

Menariknya, turbulensi yang terjadi di Sporting Lisbon dalam beberapa pekan terakhir menunjukkan, seberapa buruk dampak yang bisa terjadi, pada pergantian pelatih secara mendadak.

Bagi klub yang ditinggalkan, terutama jika tim tersebut sedang dalam tren positif, pergantian seperti ini rawan mengacaukan situasi. Siapapun pengganti langsungnya, ada risiko gagal sangat besar.

Tak ada waktu ideal untuk beradaptasi, tapi ada tekanan begitu besar, karena ada standar tinggi yang harus dijaga. Inilah satu titik turbulensi, yang hadir di Sporting Lisbon, segera setelah era kepelatihan Ruben Amorim (2020-2024) yang dihiasi sepasang gelar juara Liga Portugal dan sepasang gelar Taa da Liga berakhir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun