Pada musim 2024-2025, Sporting Lisbon menjadi klub yang mengalami perubahan situasi cukup drastis. Penyebabnya, klub ibukota Portugal itu mengalami dua kali pergantian pelatih.
Pada awal musim 2024-2025, sang juara bertahan Liga Portugal sebenarnya mencatat performa impresif. Di bawah arahan Ruben Amorim, mereka mampu mencatat 11 kemenangan beruntun di liga domestik.
Tak cukup sampai disitu, Si Singa juga tampil oke di penyisihan Liga Champions. Puncaknya, Manchester City mampu dibabat 4-1, dalam laga yang diwarnai tiga gol Viktor Gyokeres.
Sekilas, semua terlihat sempurna. Kalau bisa bertahan sampai akhir musim, tim rival sekota Benfica itu berpeluang meniru kiprah sensasional Bayer Leverkusen di musim 2023-2024 bersama Xabi Alonso.
Seperti diketahui, Die Werkself sukses mencatat rekor tak terkalahkan di Bundesliga dan DFB Pokal, yang membawa mereka meraih gelar dobel. Di Eropa, Florian Wirtz dkk juga melaju sampai final Liga Europa.
Masalahnya, kemungkinan unik ini langsung buyar di akhir bulan Oktober, akibat gerak cepat manajemen Manchester United.Â
Seperti diketahui, segera setelah mendepak Erik Ten Hag, Tim Setan Merah langsung mengaktifkan klausul pelepasan Ruben Amorim senilai 10 juta euro. Kebetulan, klausul "harga khusus" ini berlaku jika klub peminat sang pelatih adalah klub besar dari liga top Eropa.
Pada prosesnya, Sporting sempat melakukan transisi singkat, dengan menyiapkan Joao Pereira sebagai pengganti di kursi pelatih. Inilah yang membuat Amorim baru bisa bergabung dengan MU di bulan November.
Mengingat situasinya yang mendadak, langkah gerak cepat ini terbilang logis. Maklum, Pereira sebelumnya adalah pelatih tim U-23 Sporting, dan memang disiapkan sebagai pelatih tim utama, andai Amorim pergi di masa depan.
Masalahnya, ketika eks pemain Timnas Portugal itu mulai bertugas, ia kesulitan menjaga standar tinggi peninggalan Ruben Amorim, yang membuat tim bisa konsisten bersaing dengan FC Porto dan Benfica di dalam negeri. Meski punya materi pemain sama persis, eks pemain Valencia ini tak kuasa mencegah tren negatif.
Apa boleh buat, laju Sporting pun tersendat, dan mulai keteteran. Tim yang tadinya tak terkalahkan pun dipaksa masuk dalam turbulensi, akibat menelan 4 kekalahan dan hanya 3 kali menang di 8 pertandingan, termasuk kekalahan 1-5 dari Arsenal di Liga Champions.