Dengan aneka permasalahan yang ada, tugas Amorim sebagai pelatih di Teater Impian jelas tidak mudah. Ada terlalu banyak hal yang harus dibenahi, untuk mengembalikan klub ke level atas.
Masalahnya, dengan siklus 2 tahun "masa percobaan" plus "penghakiman tanpa ampun" di awal tahun ketiga di Manchester United, akan sulit buat Amorim, untuk menciptakan dampak signifikan, bahkan menciptakan situasi stabil dalam waktu singkat.
Seperti biasa, akan ada proses bongkar pasang pemain di tim, lalu adaptasi setelahnya. Kalau ini diabaikan, rasanya Ruben Amorim akan menjadi Erik Ten Hag yang lain di Manchester.
Itu masih belum termasuk adaptasi dengan sepak bola intensitas tinggi khas Liga Inggris, plus menghadapi media yang terkenal sangat heboh.
Kebetulan, sama seperti Amorim, Ten Hag dulu juga disambut "hype" tinggi Manchunian dan media, berkat rekam jejak mengkilap di Ajax Amsterdam. Maklum, bukan cuma membawa Ajax juara Eredivisie Belanda, pelatih plontos itu juga mampu membawa Andre Onana dkk mencapai semifinal Liga Champions.
Soal rekam jejak dan kemampuannya, Ruben Amorim ini sebenarnya punya potensi menarik. Masalahnya, jika pelatih asal Portugal itu lalu memboyong sejumlah pemain dari Sporting Lisbon, itu sama saja dengan usaha Erik Ten Hag meng-Ajax-kan tim, yang belum lama berakhir gagal total.
Terlepas dari beragam ekspektasi tinggi di sekeliling eks pemain Benfica itu, selama manajemen United dan suporter masih mempunyai tingkat kesabaran yang sama seperti biasa, rasanya situasi tak akan segera membaik, setidaknya dalam waktu dekat.
Malah, jika siklus pendek di kursi pelatih Manchester United masih berlanjut, siapapun pelatihnya, apapun idenya, dan sebagus apapun profilnya, situasi akan tetap sama, bahkan bisa lebih buruk, karena tim kesayangan Manchunian ini cenderung inkonsisten dalam sedekade terakhir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H