Putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia telah melewati separuh jalan. Dari sejumlah tim yang berlaga, Timnas Indonesia menjadi tim yang sejauh ini mampu menciptakan kejutan.
Dari enam laga yang sudah dijalani sepanjang tahun 2024, tim wakil tunggal Asia Tenggara ini mampu meraih 6 poin. Hasil ini didapat, setelah menahan imbang Arab Saudi dan Bahrain di laga tandang, plus menahan imbang Australia, dan sukses mengalahkan Arab Saudi 2-0 Â di Stadion Utama Gelora Bung Karno, berkat sepasang gol Marselino Ferdinan.
Untuk ukuran tim Asia Tenggara, catatan Timnas Indonesia ini terbilang istimewa, karena memang belum pernah terjadi sebelumnya. Perolehan poin ini bahkan masih bisa bertambah, karena masih ada sisa 4 laga kualifikasi.Â
Sebelum Indonesia, Thailand dan Vietnam sebenarnya pernah lebih dulu lolos ke tahap ini, masing-masing di Kualifikasi Piala Dunia 2018 dan 2022.
Meski mereka menjadi dua tim pertama dari Asia Tenggara di babak kualifikasi ketiga, torehan poin keduanya masih kalah dengan Indonesia. Thailand hanya meraih 2 poin, sementara Vietnam meraih 4 poin. Keduanya juga sama-sama finis sebagai juru kunci.
Sekilas, kiprah tim asuhan Shin Tae-yong cukup banyak terbantu oleh kehadiran pemain-pemain diaspora Indonesia, seperti  Maarten Paes, Jay Idzes, dan Ragnar Oratmangoen.Â
Daftar nama pemain diaspora ini masih akan terus bertambah, karena PSSI bersama Kementerian Pemuda  dan Olahraga (Kemenpora) giat menelusuri talenta diaspora Indonesia di luar negeri.
Meski begitu, mereka bukan satu-satunya faktor yang menentukan. Ada juga sejumlah pemain lokal yang "abroad" (seperti Pratama Arhan dan Marselino Ferdinan) plus beberapa talenta dari klub liga Indonesia (seperti Rizky Ridho, dan Yakob Sayuri). Perpaduan ini ternyata mampu menciptakan tim yang cukup bisa bersaing di level Asia.
Menariknya, di luar materi pemain yang tersedia, ada satu aspek yang berkembang pesat di Timnas Indonesia, khususnya sejak lolos ke babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Aspek itu adalah kemampuan belajar dari pengalaman di tiap pertandingan.
Secara umum, Tim Garuda cukup kerepotan, karena lawan-lawan yang dihadapi punya karakter beragam, dan levelnya di atas tim Asia Tenggara. Australia berfisikalitas kuat, dan Jepang sangat terorganisir. Tiongkok punya determinasi tinggi, sementara Arab Saudi dan Bahrain sama-sama "tricky".
Beruntung, ragam karakteristik itu justru membuat tim banyak belajar. Sebagai contoh, pengalaman bermain imbang di Arab Saudi dan Bahrain, bisa menjadi modal berharga, yang menghasilkan kemenangan 2-0 atas Arab Saudi di Jakarta.
Dengan kemampuan belajar dan tim yang semakin berkembang itu, Timnas Indonesia bahkan mampu merespon kekalahan 0-4 dari Jepang, dengan cara mengalahkan Arab Saudi 2-0, dalam waktu kurang dari sepekan.
Kemampuan spesial ini menunjukkan, sudah seberapa jauh Tim Merah Putih berkembang. Dari level Asia Tenggara, sang Garuda menapak level Asia, dan mulai berani memandang level dunia dari kejauhan.
Sebuah kemajuan yang layak, karena Jay Idzes dkk ditangani Shin Tae-yong, yang pernah melatih Timnas Korea Selatan di Piala Dunia 2018, plus ikut bermain bersama Timnas Korea Selatan di Piala Dunia 1994. Pengalaman sang pelatih sejauh ini terbukti mampu membantu tim terus berkembang.
Secara matematis, Indonesia memang masih bisa berjuang di Kualifikasi Piala Dunia 2026, tapi momen kemenangan bersejarah atas Arab Saudi, salah satu tim papan atas Asia, menjadi titik temu perkembangan dan persimpangan.
Antara cukup puas dengan satu hasil luar biasa, atau menjadikannya satu titik momentum awal, menuju satu momen bersejarah yang lebih besar, semua akan sangat bergantung pada bagaimana respon tim pascakemenangan atas Arab Saudi dan performa tim di sisa babak kualifikasi.
Jadi, mau terbang ke arah mana, Garuda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H