Rasa tak berdaya ini semakin sempurna, karena tak ada satupun yang bisa diajak bicara. Semua sibuk dengan dunia masing-masing, dan tak punya waktu.Â
Rasanya hancur, tapi belum pernah sehancur ini secara fisik. Padahal, tak ada kerja rodi atau romusha di sini.
Jujur saja, rasa sakit ini membawa juga sebuah pesan, yang dinyatakan tanpa basa-basi.
"Mereka tak ingin menderita sendirian, tapi saat kamu sudah dibuat menderita, mereka akan meninggalkanmu sendirian, dengan wajah sepolos mungkin."
Andai tubuh ini masih punya cukup tenaga  untuk marah, ingin rasanya meminjam kata-kata Cinta, saat akhirnya bisa marah ke Rangga,
"Apa yang kamu lakukan itu...jahat!"
Ketika reaksi tubuh ini akhirnya menggantikan kata-kata untuk marah, rasanya cukup menyakitkan. Darah keluar tanpa diminta, tapi membawa serta nafas yang lega.
Ia seperti berusaha membuang racun, seperti yang sudah seharusnya dilakukan selama ini. Tanpa basa-basi, tubuh renta ini seperti mau bilang,Â
"Membina hubungan baik, bahkan sampai bertahun-tahun itu bagus, tapi kalau di baliknya ada yang tidak sehat, inilah satu akibatnya, dan itu harus dibuang."
Dalam segala kekurangannya, tubuh ini tetap mampu menghadirkan sedikit sikap tegas, pada orang yang mengusir pasukan semut saja kalau perlu dilakukan, tanpa harus membunuh seekor pun.
Ini memang tidak nyaman, tapi ketika semua boleh berlalu, semoga bisa lebih segar, lebih tenang. Membina hubungan baik bukan berarti harus tahu dan terlibat dalam segala hal.