Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Timnas Indonesia di Fase "Serba Salah"

13 November 2024   23:30 Diperbarui: 14 November 2024   13:38 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di level Asia, keterbiasaan ini antara lain terlihat dari keberadaan Korea Selatan, Australia, dan Jepang, yang secara konsisten mampu mengimbangi dominasi tim-tim Timur Tengah.

Mereka bisa tetap fokus, sekalipun tim-tim Timur Tengah terbiasa bermain "tricky" dan keputusan wasit kadang bermasalah. Level ini jelas belum sebanding dengan tim yang fisiknya bermain di Tiongkok, tapi pikirannya masih tertinggal di Timur Tengah, gara-gara permainan "nakal" Bahrain dan keputusan kontroversial wasit.

Jelas, butuh waktu lebih lama untuk membentuk dan membiasakan. Masalahnya, ekspektasi yang ada belakangan meningkat drastis.

Saking meningkatnya, optimisme yang ada sampai menepikan fakta soal kekuatan aktual Jepang dan Arab Saudi, dua lawan yang dihadapi Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, dalam jeda internasional FIFA bulan November 2024.

Padahal, sekalipun bermain di rumah sendiri, Jepang tetaplah Jepang, begitu juga Arab Saudi. Keduanya adalah tim papan atas Asia, yang sama-sama pernah lolos ke babak gugur Piala Dunia.

Jangan lupa, meski mampu menahan imbang 1-1 Arab Saudi, Justin Hubner dkk pernah kalah 1-3 dari  Jepang, di fase grup Piala Asia 2023

Ada perbedaan level yang seharusnya cukup terang benderang. Jadi kalau optimisme yang ada terlalu tinggi, ini rawan jadi bumerang. Kebetulan, ini sudah terjadi di jeda internasional FIFA bulan Oktober 2024.

Kala itu, media dan publik sepak bola nasional sama-sama yakin Tim Garuda bisa meraih poin penuh di Bahrain dan Tiongkok. Tapi, keyakinan itu berakhir jadi bumerang, karena di dua pertandingan itu, tercipta hasil imbang dan kekalahan.

Berangkat dari pengalaman itu, seharusnya sudut pandang yang ada jadi lebih objektif. Masalahnya, atas nama "nasionalisme", objektivitas kadang ditepikan.

Apa boleh buat, tim yang ada saat ini seperti ada dalam situasi serba salah. Menang atau kalah tetap disorot habis, padahal, tim yang ada sekarang belum cukup tangguh, karena masih belum jadi sepenuhnya.

Daripada berharap terlalu tinggi, sudut pandang yang ada boleh sedikit diperluas. Meski kalah sekalipun atas Jepang dan Arab Saudi di Jakarta, paling tidak para pemain sudah berusaha sebaik mungkin di lapangan, dan tidak kalah sebelum bertanding.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun