Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

"Error System" di Manchester City

7 November 2024   21:15 Diperbarui: 8 November 2024   08:31 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bicara soal Manchester City, kebanyakan orang mungkin akan langsung menyebut, ini adalah tim yang sangat solid. Dengan sistem dan materi pemain kelas satu, Si Biru Langit telah menjadi satu tim yang sulit dicari celahnya.

Di bawah arahan Pep Guardiola yang terkenal perfeksionis dan detail, mereka tampak stabil dalam meraih prestasi. Saking stabilnya, Liga Inggris yang konon katanya kompetitif, malah jadi terlihat membosankan, karena 6 dari 7 gelar liga mampu diamankan.

Tapi, sehebat-hebatnya tupai melompat, ada saatnya jatuh juga. Begitu juga City, ada saatnya juga performa tim drop. Sekuat apapun sistem Pep Guardiola, ada saatnya masalah akibat "error system" terjadi.

Situasi ini terbilang langka, bahkan untuk standar tinggi pelatih asal Spanyol itu. Tapi begitulah yang terjadi di tiga partai terakhir. Dimulai dari sepasang kekalahan 1-2 atas Tottenham Hotspur dan Bournemouth di kompetisi domestik, "error system" City makin parah saat dihajar Sporting Lisbon 1-4 di ajang Liga Champions.

Sebenarnya, eks pelatih Barcelona itu pernah mengalami 3 kekalahan beruntun di tahun 2018 bersama Manchester Biru, tapi itu terjadi di paruh kedua musim, bukan periode paruh pertama. 

Secara kasat mata, jadwal padat dan masalah cedera pemain menjadi biang kerok, karena membutuhkan tim tak bisa tampil maksimal. Masalahnya, dua hal ini dialami semua klub, khususnya di liga-liga top Eropa, jadi sebenarnya situasi ini masih relatif normal.

Jadwal superpadat klub juga merupakan satu fenomena rutin, dengan cedera pemain sebagai risiko umum. Sangat jarang ada pemain yang bebas cedera atau tak pernah absen sepanjang musim, sekalipun fisiknya sangat prima.

Jadi, ketika performa klub milik Sheikh Mansour ini menurun, jelas ada masalah serius, dan penyebabnya datang dari cedera ligamen lutut Rodri. Seperti diketahui, pemenang Ballon D'Or 2024 itu harus absen selama kurang lebih setahun, akibat cedera di laga melawan Arsenal.

Absensi ini membuat lini tengah City tak sesolid biasanya, dan sistem permainan ideal Pep Guardiola pun mengalami "error", yang terlihat makin parah di periode sibuk.

Tak ada lagi kestabilan, dan suplai bola ke depan pun macet. Akibatnya, Erling Haaland yang biasanya rajin mencetak gol mulai mengalami paceklik.

Di sektor pertahanan, absensi Rodri juga membuat Phil Foden dkk cukup rawan ditembus, karena tak punya "filter" serangan lawan sekaligus penghubung lini belakang dan lini tengah berkualitas setara.

Sepintas, absensi Pemain Terbaik Euro 2024 itu bisa ditangani, karena kubu Etihad Stadium punya kedalaman kualitas cukup oke. Masalahnya, penanganan ini tidak bisa benar-benar memperbaiki situasi, karena sosok yang hilang adalah kunci dalam bagian penting sistem permainan Pep Guardiola, yakni lini tengah.

Situasinya kurang lebih sama dengan yang dialami Liverpool pada musim 2020-2021. Kala itu, Si Merah kehilangan Virgil Van Dijk selama setahun, juga akibat cedera ligamen lutut.

Terlepas dari aneka cedera yang muncul di Liverpool sepanjang musim itu, ketidakhadiran sang bek tengah andalan benar-benar membuat Mohamed Salah dkk keteteran. Jangankan juara, untuk bisa finis di posisi empat besar Liga Inggris saja, mereka harus susah payah.

Maka, tak mengejutkan kalau nama Samuele Ricci (Torino), Martin Zubimendi (Real Sociedad), dan Adam Wharton (Crystal Palace) mengemuka di radar The Eastlands. Awalnya, transfer di posisi Rodri adalah satu rencana antisipasi, karena eks pemain Villareal itu dibidik Real Madrid.

Berhubung Rodri cedera lutut, sepertinya rencana antisipasi itu akan diseriusi. Maklum, meski masih punya Mateo Kovacic (Kroasia) yang kenyang pengalaman, pemain-pemain seperti Matheus Nunes (Portugal) dan Ilkay Gundogan (Jerman) masih keluar-masuk dari daftar starter.

Dengan musim yang panjang dan padat, kedatangan pemain tengah baru di bulan Januari bisa saja "menyelamatkan" musim Pep dan City, sepanjang tidak flop, seperti pada transfer Kalvin Philips (2022, dari Leeds United) yang justru akrab dengan masalah cedera, sampai harus dipinjamkan ke West Ham dan Ipswich Town.

Sampai bursa transfer Januari tiba, menarik dilihat, bagaimana langkah Manchester City dan Pep Guardiola mengatasi masalah cedera pemain dan "error system", dengan materi pemain yang ada, khususnya di sisa bulan November 2024, dan di sepanjang bulan Desember 2024 yang supersibuk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun