Tapi, dengan perubahan ini, The Catalans  seperti mengucapkan "selamat tinggal" secara elegan pada tiki-taka versi klasik, yang dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi satu titik lemah.
Hadirnya "fitur" transisi cepat, efektivitas, dan talenta-talenta muda, menjadikan kemenangan 4-0 di markas rival bebuyutan seperti momen "pengumuman resmi" mekarnya versi baru Azulgrana yang lebih futuristik.
Sebelumnya, klub yang masih berjuang keluar dari krisis keuangan ini juga menggasak Bayern Munich 4-1 di ajang Liga Champions. Tapi, kemenangan di El Clasico juga menjadikan bulan Oktober sebagai momen aktifnya "mode bantai" Barca bersama Hansi Flick.
Seperti diketahui, selain menggasak Bayern Munich dan Real Madrid, pemuncak klasemen sementara La Liga Spanyol ini juga membantai Young Boys (5-0), Alaves (3-0) dan Sevilla (5-1).
Jika grafik performa ini bisa dijaga, rasanya Barcelona bisa "move on" lebih cepat dari bayang-bayang "legenda" tiki-taka versi klasik, sekaligus menyambut masa depan, yang (seharusnya) tidak akan seburuk itu, karena mereka punya talenta-talenta potensial seperti Lamine Yamal, Pau Cubarsi, Gavi, Pedri, sampai Inaki Pena.
Praktis, kita hanya perlu melihat, apakah kemenangan di Bernabeu adalah puncak performa tim atau bukan. Kalau bukan, rasanya "mode bokek" El Barca di sektor  finansial akan berakhir dalam waktu dekat, karena ada rangkaian prestasi lebih besar yang akan dicapai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H