Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Timnas indonesia dan Level Asia yang "Kaya Rasa"

18 Oktober 2024   08:07 Diperbarui: 19 Oktober 2024   13:14 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika ditambah prestasi di level Asia, prestasi ketiganya yang sama-sama pernah juara Piala Asia, juga sudah menjelaskan, mereka adalah tim papan atas Asia.

Jelas, perlu keunggulan fisik dan teknik, untuk setidaknya tidak jadi bulan-bulanan tiga tim kuat ini. Masalahnya, bekal itu belum sepenuhnya bisa dihasilkan di dalam negeri.

Di atas kertas, Bahrain dan Tiongkok lebih lemah dari tiga tim raksasa itu, tapi keduanya sama-sama doyan melempar provokasi dan "perang urat saraf", yang membutuhkan kesiapan mental ekstra. Lagi-lagi, pemain diaspora dan "abroad" lebih siap dibanding pemain liga lokal soal perkara ini.

Masalah provokasi seperti ini cukup melelahkan kalau diladeni, dan merusak fokus. Maka, ketika PSSI dengan tegas menolak permintaan Bahrain agar pertandingan kedua tim berikutnya tidak digelar di Jakarta, bahkan bersurat ke AFC untuk klarifikasi, itu sudah tepat.

Sisi "bawel" Tiongkok dan Bahrain, lengkap dengan kenakalan mereka di lapangan adalah satu kesulitan tersendiri. Sebelumnya, Tim Merah Putih sering menghadapi "bawel"-nya media Thailand, Malaysia dan Vietnam, yang juga bermain nakal di lapangan.

Tapi, dari perjalanan sejauh ini, di level Asia, situasinya sangat berbeda. Sekali berlarut-larut dalam drama yang ada, itu akan sangat merepotkan.

Terbukti, Thom Haye dkk gagal fokus di Tiongkok, karena (setidaknya sebagian) pikiran tim masih tertinggal di Bahrain, akibat belum "move on" dari kontroversi keputusan wasit saat bermain imbang 2-2 di markas Bahrain.

Jika mentalitas seperti ini masih ada, lupakan dulu mimpi lolos ke Piala Dunia. Bukan karena tidak mampu, tapi karena tim masih belajar soal bagaimana cara menyikapi situasi seperti di Bahrain dan Tiongkok.

Selama belum bisa bersikap dengan benar, selama itu juga Timnas Indonesia belum cukup kapabel untuk bisa lolos ke Piala Dunia. Tim ini masih perlu dibentuk dengan pengalaman serupa dalam jangka panjang.

Kalau sudah cukup matang, barulah mimpi lolos ke Piala Dunia akan terlihat lebih realistis. Otomatis, kalau mau tetap bisa bersaing di level Asia, sudah saatnya obsesi terhadap Piala AFF dibuang, karena terbukti tidak berguna di level Asia.

Dengan melihat dinamika yang ada, maka sudah seharusnya publik sepak bola nasional dan media tidak lagi melempar prediksi rasa ekspektasi, karena sudah terbukti kontraproduktif di Tiongkok dan Bahrain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun