Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Timnas Indonesia dan Ancaman Plot Negatif dari Timur Tengah

12 Oktober 2024   13:25 Diperbarui: 12 Oktober 2024   13:53 1046
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seiring hasil imbang 2-2 antara Timnas Indonesia melawan Bahrain, Rabu (10/10) lalu, kejengkelan masih mewarnai "mood" sebagian publik sepak bola nasional. Maklum, kemenangan di depan mata sirna, akibat keputusan wasit yang dinilai kontroversial.

Tentu saja, ada banyak pihak yang kecewa. PSSI juga mengirim protes ke AFC dan FIFA, karena kualitas kepemimpinan wasit Ahmed Abu Bakar Al Kaf dinilai bermasalah.

Tapi, kalau dilihat lagi, apa yang didapat Indonesia di Bahrain menghadirkan satu aroma plot negatif, dengan tim-tim kelas menengah Timur Tengah sebagai tersangka. Kebetulan, Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia memperebutkan 8 tiket lolos otomatis plus 1 tiket play-off antarbenua.

Dugaan plot negatif ini setidaknya sudah terlihat, dari pembagian grup. Grup A yang "dikuasai" Iran dan Uzbekistan menghadirkan Uni Emirat Arab dan Qatar yang berpeluang maju ke babak kualifikasi selanjutnya.

Dua tim lainnya, yakni Kirgistan dan Korea Utara, berpotensi menjadi juru kunci, karena sama-sama belum pernah menang di 3 pertandingan. Kirgistan selalu kalah, sementara Korea Utara dua kali imbang dan sekali kalah.

Di Grup B, Korea Selatan dikepung 5 tim Timur Tengah sekaligus, yakni Irak, Palestina, Jordania, Kuwait dan Oman. Meski Korea Selatan masih cukup kuat, setidaknya ada satu tiket lolos otomatis dan dua tiket babak kualifikasi selanjutnya, yang sudah pasti didapat wakil Timur Tengah.

Dari dua grup ini, posisi Iran dan Korea Selatan relatif sulit digoyang, karena memang sudah cukup kuat di Asia. Di sisi lain, Uzbekistan yang terus berkembang di level junior, mulai mengintip kesempatan tampil di Piala Dunia level senior.

Grup C sebagai grup terakhir, justru menciptakan situasi paling rumit. Ada tiga tim langganan Piala Dunia, yakni Arab Saudi, Australia dan Jepang. Pada prosesnya, muncul Indonesia dan Bahrain yang sama-sama muncul sebagai tim kuda hitam, karena mampu mencuri poin dari Australia.

Di atas kertas, Jepang dan Australia sama-sama akan berusaha lepas dari kejaran Arab Saudi. Jepang bahkan langsung tancap gas dengan menyapu bersih tiga kemenangan tanpa kebobolan.

Masalahnya, dengan gebrakan Bahrain, yang justru akrab dengan kontroversi, tidak sulit untuk menebak, akan ada upaya "mengamankan" enam tiket ke babak kualifikasi selanjutnya, untuk tim-tim Timur Tengah.

Sebelum menghebohkan dengan kontroversi keputusan wasit saat bermain imbang 2-2 dengan Indonesia, tim berkostum merah ini juga sudah terbantu hadiah kartu merah dan sikap cuek wasit atas permainan negatif mereka, saat mengalahkan Australia 1-0.

Satu hal yang membuat situasi menjadi aneh adalah, laga melawan Australia dipimpin wasit Omar Mohamed Ahmed Hassan Al-Ali yang negara asalnya satu kawasan dan bahasa dengan Bahrain.

Entah kebetulan atau bukan, wasit asal Uni Emirat Arab ini juga bertugas sebagai wasit di pertandingan Indonesia versus tuan rumah Tiongkok.

Situasi ini juga terjadi di laga Bahrain melawan Indonesia, karena wasit Ahmed Abu Bakar Al Kaf berasal dari Oman, negara yang juga satu kawasan dan bahasa dengan Bahrain.

Ketika kalah 0-5 dari Jepang pun, oknum suporter Bahrain juga menghadirkan insiden, yakni serangan sinar laser ke pemain Jepang. Ajaibnya, AFC tidak langsung mengambil tindakan tegas.

Entah bagaimana, negara Teluk ini seperti mendapat fasilitas khusus, dan kebetulan kursi presiden AFC dijabat Salman bin Ibrahim Al Khalifa, orang Bahrain yang pernah menjadi Ketua Umum BFA (PSSI-nya Bahrain).

Sebelum Bahrain mencuat dengan kontroversinya, Qatar juga menghadirkan cerita miring di akhir babak kedua kualifikasi, dengan mencetak "gol hantu" ke gawang India, bulan Juni 2024 silam. Selengkapnya di video berikut ini:


Berawal dari posisi bola yang sudah keluar lapangan, pemain Qatar lalu menceploskan bola ke gawang India. Akibatnya, India kalah 1-2 di Doha, dan hasil itu membantu Kuwait (yang juga berasal dari Timur Tengah) lolos ke babak ketiga.

Jika ini turnamen Piala Teluk (Piala AFF versi Timur Tengah) mungkin masih bisa dimengerti, karena negara pesertanya rata-rata berbahasa Arab. Jadi tidak masalah kalau wasitnya juga dari wilayah yang sama.

Masalahnya, ini Kualifikasi Piala Dunia zona Asia. Artinya, seluruh negara di benua Asia terlibat, bukan hanya dari Timur Tengah.

Tapi, kalau plot "Timur Tengah sentris" ini benar terbukti, bisa jadi, setelah India, Timnas Indonesia rawan menjadi korban "kongkalikong" selanjutnya. Ini sudah terlihat di Bahrain, dan masih rawan terjadi juga di partai-partai lainnya.

Di sisi lain, strategi "nakal" tim-tim Timur Tengah di level Asia juga menjadi alasan logis, mengapa Jepang, Korea Selatan, Iran dan Australia berusaha keras membangun sistem pembinaan pemain muda.

Mereka tidak punya "fulus" sebanyak raja minyak, tapi mampu membangun sistem yang sukses mencetak pemain berkualitas.

Langkah serupa juga ditiru Uzbekistan, yang belakangan cukup rajin lolos ke turnamen Piala Dunia kelompok umur, bahkan tampil di Olimpiade 2024. Karena itulah, negara Asia Tengah ini mulai sulit diakali tim-tim Timur Tengah di level Asia.

Langkah kejutan cukup ekstrem diambil Timnas Indonesia, lewat strategi PSSI menelusuri pemain diaspora. Hasilnya, Bahrain sampai harus dibantu wasit untuk lolos dari kekalahan di kandang sendiri.

Dengan situasi serumit ini, Tim Garuda tetap harus waspada. Sekalipun seluruh tim nantinya bermateri pemain diaspora, itu seharusnya bukan masalah, karena lawan yang dihadapi bukan hanya tim di atas lapangan, tapi juga skenario nonteknis yang bisa saja terjadi.

Situasi serumit ini sudah biasa dihadapi pemain diaspora, dan memang hanya bisa dihadapi secara efektif oleh pemain yang "dicetak" lewat sistem pembinaan yang sudah matang. Agaknya, inilah alasan, kenapa PSSI dan pelatih Shin Tae-yong rajin mencari pemain diaspora.

Dari skenario plot negatif yang terlibat, tampak jelas sisi "rakus" tim-tim "kelas menengah" dari Timur Tengah, dalam artian kualitas, untuk bisa bersaing dan menjaga reputasi di kawasan Asia.

Memang, ada Arab Saudi, Iran dan Irak, yang secara teknis cukup kuat dan layak bersaing, tapi dengan adanya oknum nakal seperti Bahrain, Qatar dan Uni Emirat Arab, ini menciptakan situasi tidak sehat.

Sekalipun sudah mulai berbenah, nasib apes yang dialami India, dan rawan dialami Indonesia, justru menunjukkan, tim-tim Timur Tengah terkesan enggan melihat tim-tim Asia Tenggara dan Selatan berkembang, karena itulah, cara kurang etis pun dinilai halal digunakan.

Kasarnya, jangankan lolos ke Piala Dunia, bermimpi lolos ke babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia zona Asia saja masih rawan diakali.

Di Asia, cara nakal tim Timur Tengah memang efektif menjaga posisi mereka sebagai satu poros kekuatan. Tapi, wakil-wakil Asia dari kawasan Timur Tengah masih kerap memble di level Piala Dunia, dengan hanya Arab Saudi yang pernah lolos dari fase grup Piala Dunia 1994.

Dengan kualitas aktual seperti itu, Timnas Indonesia boleh sedikit lebih percaya diri, tapi jika situasi tidak sehat ini masih berlanjut, dan terus berlangsung secara sistematis di masa depan, mungkin PSSI perlu mempertimbangkan pindah dari AFC ke OFC (Oseania).

Di zona ini, per Piala Dunia 2026, FIFA memberi jatah 1 tiket lolos otomatis plus 1 tiket play-off antarbenua. Dengan suasana kompetisi relatif kalem dan letak geografis yang masih relevan dengan Indonesia, opsi ini layak dilirik. 

Percuma berusaha dan serius berbenah, tapi masih dilarang naik level secara sistematis. Sekalipun sudah layak secara kualitas, bahkan selevel Brasil sekalipun, percuma kalau masih ada plot permainan kotor di sana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun