Sebelum menghebohkan dengan kontroversi keputusan wasit saat bermain imbang 2-2 dengan Indonesia, tim berkostum merah ini juga sudah terbantu hadiah kartu merah dan sikap cuek wasit atas permainan negatif mereka, saat mengalahkan Australia 1-0.
Satu hal yang membuat situasi menjadi aneh adalah, laga melawan Australia dipimpin wasit Omar Mohamed Ahmed Hassan Al-Ali yang negara asalnya satu kawasan dan bahasa dengan Bahrain.
Entah kebetulan atau bukan, wasit asal Uni Emirat Arab ini juga bertugas sebagai wasit di pertandingan Indonesia versus tuan rumah Tiongkok.
Situasi ini juga terjadi di laga Bahrain melawan Indonesia, karena wasit Ahmed Abu Bakar Al Kaf berasal dari Oman, negara yang juga satu kawasan dan bahasa dengan Bahrain.
Ketika kalah 0-5 dari Jepang pun, oknum suporter Bahrain juga menghadirkan insiden, yakni serangan sinar laser ke pemain Jepang. Ajaibnya, AFC tidak langsung mengambil tindakan tegas.
Entah bagaimana, negara Teluk ini seperti mendapat fasilitas khusus, dan kebetulan kursi presiden AFC dijabat Salman bin Ibrahim Al Khalifa, orang Bahrain yang pernah menjadi Ketua Umum BFA (PSSI-nya Bahrain).
Sebelum Bahrain mencuat dengan kontroversinya, Qatar juga menghadirkan cerita miring di akhir babak kedua kualifikasi, dengan mencetak "gol hantu" ke gawang India, bulan Juni 2024 silam. Selengkapnya di video berikut ini:
Berawal dari posisi bola yang sudah keluar lapangan, pemain Qatar lalu menceploskan bola ke gawang India. Akibatnya, India kalah 1-2 di Doha, dan hasil itu membantu Kuwait (yang juga berasal dari Timur Tengah) lolos ke babak ketiga.
Jika ini turnamen Piala Teluk (Piala AFF versi Timur Tengah) mungkin masih bisa dimengerti, karena negara pesertanya rata-rata berbahasa Arab. Jadi tidak masalah kalau wasitnya juga dari wilayah yang sama.
Masalahnya, ini Kualifikasi Piala Dunia zona Asia. Artinya, seluruh negara di benua Asia terlibat, bukan hanya dari Timur Tengah.
Tapi, kalau plot "Timur Tengah sentris" ini benar terbukti, bisa jadi, setelah India, Timnas Indonesia rawan menjadi korban "kongkalikong" selanjutnya. Ini sudah terlihat di Bahrain, dan masih rawan terjadi juga di partai-partai lainnya.