Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Dua Wajah Iklan Lowongan Kerja Online

5 September 2024   21:30 Diperbarui: 7 September 2024   01:13 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di era kekinian, mencari pekerjaan tetap maupun kontrak adalah satu hal yang semakin simpel. Tinggal akses situs atau aplikasi, buat akun, isi data dan input berkas, beres.

Tidak perlu lagi capek-capek melakukan perjalanan jauh atau antri lama, melamar kerja sudah bisa dilakukan lewat bantuan teknologi internet. Selebihnya, tinggal ditunggu panggilan selanjutnya.

Masalahnya, dibalik kemudahan itu, ada titik rawan. Terlalu banyak pelamar membuat kemampuan perusahaan merespon jadi sangat buruk. Bisa jadi, inilah satu alasan, mengapa syarat lowongan kerja kadang tak kalah rumit dengan syarat ritual sesajen.

Atau, bisa juga ini hanya satu cara mengumpulkan data kandidat sebanyak mungkin. Tapi kandidat yang diterima malah datang dari referensi orang dalam, tanpa mendaftar sebelumnya. Sebuah fenomena yang "Indonesia banget".

Dalam posisinya sebagai pemberi lowongan kerja, sebenarnya strategi mengumpulkan data ini normal. Apalagi, dengan makin tingginya tingkat pergantian karyawan, khususnya setelah sistem kontrak kerja jangka pendek membudaya.

Di sini, perusahaan jelas perlu gerak cepat dan memastikan pergantian pegawai lancar. Tapi, tidak adanya tindak lanjut atas iklan lowongan kerja di internet justru rawan membuat iklan lowongan kerja palsu atau penipuan dalam modus terkait muncul.

Sudah banyak korban yang muncul di sini, dan jika data kandidat bocor ke pihak yang tidak bertanggung jawab, potensi kerugian bisa lebih rumit. Ini bukan soal nominal saja, tapi dampak gangguan lain yang bisa muncul.

Dalam banyak kasus, khususnya di platform aplikasi atau situs lowongan kerja, iklan lowongan yang ada sering ditutup mendadak.

Mereka yang mendaftar juga kadang tidak diberi tahu, apakah ditolak atau tidak. Apa boleh buat, tidak ada ruang untuk bertanya lebih jauh.

Sudah kena ghosting, lowongan pun hilang. Sudah begitu, kadang muncul iklan lowongan kerja duplikat, dengan posisi dan syarat sama persis. Seperti dikerjai saja.

Konyolnya, saat situasi cenderung stagnan itu terus bergulir, selalu ada saran untuk rutin meng-update profil riwayat hidup. Sekalipun itu rutin dilakukan, percuma kalau situasi ke depannya sama lagi.

Kadang, ada orang yang berani membuat profil sebagus mungkin, sekalipun harus berbohong. Kebetulan, di era teknologi informasi, ada terlalu banyak hal yang sangat bisa diakali.

Tapi, ini rawan membuat situasi jadi serba salah. Kalau ketahuan berbohong, rawan kena "blacklist", tapi kalau jujur akan dianggap malas, karena dinilai tak melakukan apapun.

Proses pun terus berulang seperti komedi putar. Mencoba lagi, kena ghosting lagi, dan iklan lowongan dihapus lagi. Begitu terus sampai Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo main bersama di Timnas Indonesia.

Fenomena ini jelas menghadirkan satu kombinasi rumit: di balik kemudahan yang membantu, ternyata ada keruwetan yang lumayan menyusahkan.

Tentu saja, kombinasi seperti ini rawan merusak kredibilitas perusahaan dan platform lowongan kerja dalam jangka panjang. Jadi, perlu ada perbaikan proses dan batas jumlah kandidat menjadi lebih transparan.

Lebih baik jujur walau kurang menyenangkan, karena iklan lowongan kerja adalah satu hal serius bagi yang mengharapkan dan mengupayakan secara serius.

Jangan sampai, ketidakpastian yang ditebar menciptakan kekecewaan. Alhasil, tidak ada respon positif di masa depan, akibat terlanjur terbiasa menyikapi sesuatu yang serius secara bercanda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun