Konyolnya, saat situasi cenderung stagnan itu terus bergulir, selalu ada saran untuk rutin meng-update profil riwayat hidup. Sekalipun itu rutin dilakukan, percuma kalau situasi ke depannya sama lagi.
Kadang, ada orang yang berani membuat profil sebagus mungkin, sekalipun harus berbohong. Kebetulan, di era teknologi informasi, ada terlalu banyak hal yang sangat bisa diakali.
Tapi, ini rawan membuat situasi jadi serba salah. Kalau ketahuan berbohong, rawan kena "blacklist", tapi kalau jujur akan dianggap malas, karena dinilai tak melakukan apapun.
Proses pun terus berulang seperti komedi putar. Mencoba lagi, kena ghosting lagi, dan iklan lowongan dihapus lagi. Begitu terus sampai Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo main bersama di Timnas Indonesia.
Fenomena ini jelas menghadirkan satu kombinasi rumit: di balik kemudahan yang membantu, ternyata ada keruwetan yang lumayan menyusahkan.
Tentu saja, kombinasi seperti ini rawan merusak kredibilitas perusahaan dan platform lowongan kerja dalam jangka panjang. Jadi, perlu ada perbaikan proses dan batas jumlah kandidat menjadi lebih transparan.
Lebih baik jujur walau kurang menyenangkan, karena iklan lowongan kerja adalah satu hal serius bagi yang mengharapkan dan mengupayakan secara serius.
Jangan sampai, ketidakpastian yang ditebar menciptakan kekecewaan. Alhasil, tidak ada respon positif di masa depan, akibat terlanjur terbiasa menyikapi sesuatu yang serius secara bercanda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H