Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Luis Suarez, Sebuah Era Penuh Warna

4 September 2024   08:56 Diperbarui: 4 September 2024   18:17 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Getty Images via Goal.com)

Bicara soal sepak bola di Amerika Selatan, Uruguay menjadi satu negara dengan paduan karakter unik. Meski punya luas negara dan populasi relatif kecil di wilayahnya, negara ini punya aneka prestasi yang membuat mereka jadi rival tradisional Brasil dan Argentina.

Dengan dua kali juara Piala Dunia, sepasang medali emas Olimpiade dan 15 gelar Copa America, terselip satu jejak sejarah panjang, yang melibatkan sejumlah pemain legendaris dari masa ke masa.

Dari Juan Schiaffino ke Enzo Fransescoli, dari Alvaro Recoba ke Diego Forlan, sampai duet tombak kembar Luis Suarez-Edinson Cavani, semua punya warna khas dan cerita masing-masing. Tapi, dari semuanya itu, Luis Suarez mungkin menjadi nama paling "colorful" dalam sejarah La Celeste, khususnya di era modern.

Disebut demikian, karena El Pistolero mampu menampilkan performa cemerlang di lapangan, dengan paduan teknik, kecerdasan dan determinasi.

Meski tidak selalu terlihat mentereng, ia mampu bersinar saat dibutuhkan. Atributnya pun terbilang komplit, karena dia bisa juga menjadi motor serangan tim, dan eksekutor bola mati.

Hasilnya, Uruguay yang sempat berada di titik nadir, setelah absen di Piala Dunia 2006 menemukan lagi posisinya sebagai raksasa klasik Amerika Selatan. Titik puncaknya bahkan langsung hadir, di dua turnamen mayor beruntun, yakni Piala Dunia 2010 dan Copa America 2011.

Bersama Diego Forlan dan Edinson Cavani, eks pemain Atletico Madrid ini membentuk trisula lini depan, yang membantu Uruguay lolos ke semifinal Piala Dunia 2010, atau untuk pertama kalinya sejak edisi 1970, dan juara Copa America 2011. Di Copa America 2011, sohib Lionel Messi ini bahkan terpilih menjadi Pemain Terbaik Turnamen.

Selepas Forlan pensiun, duetnya bersama Edinson Cavani menjadi tombak kembar andalan Los Charruas, yang pada titik tertentu menciptakan satu ketergantungan. Saat salah satu saja dari keduanya absen, tim akan kesulitan.

Di luar kehebatan dan prestasinya, perjalanan eks pemain Barcelona ini di tim nasional juga punya sisi kontroversial. Di laga debutnya melawan Kolombia pada Februari 2007 saja, ia terpaksa keluar lebih cepat, karena mendapat kartu kuning kedua.

Momen kontroversial terkenalnya hadir di perempatfinal Piala Dunia 2010, saat Luisito mendadak "cosplay" menjadi kiper, saat menggagalkan peluang pemain Ghana di mulut gawang. Tanpa ampun, wasit memberikan kartu merah dan memberi hadiah penalti, yang justru gagal dikonversi Asamoah Gyan menjadi gol.

Tentu saja, ada pro-kontra soal ini, karena Suarez jelas-jelas sengaja melanggar aturan, tapi merelakan dirinya kena kartu merah, demi menjaga asa negaranya lolos ke semifinal.

Di sisi lain, kegagalan Ghana mencetak gol dari tendangan penalti itu seharusnya juga sudah menjadi satu konsekuensi, karena hukuman penalti yang adil dari wasit malah gagal dieksekusi.

Eks pemain Ajax Amsterdam itu sekali lagi membuat momen kontroversial di turnamen mayor, saat dirinya menggigit bahu Giorgio Chiellini di Piala Dunia 2014. Meski lolos dari pengamatan wasit, FIFA menjatuhkan skorsing empat bulan plus 9 pertandingan internasional.

Hukuman ini menjadi pukulan telak buat Tim Biru Langit, karena Suarez adalah inspirator kemenangan tim atas Inggris dan Italia, lewat sumbangan sepasang gol ke gawang Inggris, dan satu assist saat menghadapi Italia.

Apa boleh buat, tim asuhan Oscar Tabarez tak berdaya ketika dipaksa takluk 0-2 oleh Kolombia di perdelapan final Piala Dunia 2014. Uruguay juga terlihat ompong di Copa America 2015, saat tersingkir di perempatfinal oleh tuan rumah Chile.

Sisi bengal dan bakat luar biasa memang jadi karakter biasa di Amerika Selatan, dan Suarez menjadi satu contoh paling terkenal di era modern. Tapi, secara unik, eks pemain Liverpool ini juga melengkapinya dengan konsistensi performa dan kedewasaan, terutama sejak insiden "gigitan terakhir" di Piala Dunia 2014.

Sejak debutnya di tahun 2007, pemain kelahiran tahun 1987 ini konsisten menjadi andalan lini depan tim nasional. Namanya bahkan masih ikut ambil bagian dan mencetak gol, saat Uruguay meraih medali perunggu Copa America 2024.

Total, 142 penampilan dan 69 gol mampu dicatat dalam waktu 17 tahun. Satu catatan penampilan yang langka untuk ukuran striker, apalagi di Amerika Selatan, yang jarang punya penyerang dengan masa edar sangat awet di level antarnegara. Namanya bahkan masih konsisten masuk daftar panggilan, meski belakangan sudah tak lagi bermain di Eropa.

Catatan penampilannya hanya kalah dari Diego Godin (161) bek rekan seangkatannya yang sudah lebih dulu pensiun di tahun 2022. Tapi, nama Luis Suarez sudah terpatri sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang masa di tim nasional.

Seiring pengumumannya pensiun dari Timnas Uruguay, Senin (2/9) lalu, dengan laga kandang Kualifikasi Piala Dunia 2026 melawan Paraguay (6/9) sebagai laga pamungkas, pemain Inter Miami ini akan menutup sebuah era penuh warna, sekaligus membuka jalan bagi pembaruan tim nasional, yang sedang dibangun di era kepelatihan Marcelo Bielsa.

Terlepas dari aneka kontroversi dan sisi bengalnya, talenta besar, gaya hidup sewajarnya di luar lapangan, dan etos kerja Luis Suarez menjadi satu contoh unik yang bisa menginspirasi penyerang Timnas Uruguay di generasi selanjutnya.

Sederhananya, boleh bengal sesekali, tapi tetap bisa berkontribusi saat dibutuhkan. Itulah Luis Suarez di Timnas Uruguay.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun