Tentu saja, ada pro-kontra soal ini, karena Suarez jelas-jelas sengaja melanggar aturan, tapi merelakan dirinya kena kartu merah, demi menjaga asa negaranya lolos ke semifinal.
Di sisi lain, kegagalan Ghana mencetak gol dari tendangan penalti itu seharusnya juga sudah menjadi satu konsekuensi, karena hukuman penalti yang adil dari wasit malah gagal dieksekusi.
Eks pemain Ajax Amsterdam itu sekali lagi membuat momen kontroversial di turnamen mayor, saat dirinya menggigit bahu Giorgio Chiellini di Piala Dunia 2014. Meski lolos dari pengamatan wasit, FIFA menjatuhkan skorsing empat bulan plus 9 pertandingan internasional.
Hukuman ini menjadi pukulan telak buat Tim Biru Langit, karena Suarez adalah inspirator kemenangan tim atas Inggris dan Italia, lewat sumbangan sepasang gol ke gawang Inggris, dan satu assist saat menghadapi Italia.
Apa boleh buat, tim asuhan Oscar Tabarez tak berdaya ketika dipaksa takluk 0-2 oleh Kolombia di perdelapan final Piala Dunia 2014. Uruguay juga terlihat ompong di Copa America 2015, saat tersingkir di perempatfinal oleh tuan rumah Chile.
Sisi bengal dan bakat luar biasa memang jadi karakter biasa di Amerika Selatan, dan Suarez menjadi satu contoh paling terkenal di era modern. Tapi, secara unik, eks pemain Liverpool ini juga melengkapinya dengan konsistensi performa dan kedewasaan, terutama sejak insiden "gigitan terakhir" di Piala Dunia 2014.
Sejak debutnya di tahun 2007, pemain kelahiran tahun 1987 ini konsisten menjadi andalan lini depan tim nasional. Namanya bahkan masih ikut ambil bagian dan mencetak gol, saat Uruguay meraih medali perunggu Copa America 2024.
Total, 142 penampilan dan 69 gol mampu dicatat dalam waktu 17 tahun. Satu catatan penampilan yang langka untuk ukuran striker, apalagi di Amerika Selatan, yang jarang punya penyerang dengan masa edar sangat awet di level antarnegara. Namanya bahkan masih konsisten masuk daftar panggilan, meski belakangan sudah tak lagi bermain di Eropa.
Catatan penampilannya hanya kalah dari Diego Godin (161) bek rekan seangkatannya yang sudah lebih dulu pensiun di tahun 2022. Tapi, nama Luis Suarez sudah terpatri sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang masa di tim nasional.
Seiring pengumumannya pensiun dari Timnas Uruguay, Senin (2/9) lalu, dengan laga kandang Kualifikasi Piala Dunia 2026 melawan Paraguay (6/9) sebagai laga pamungkas, pemain Inter Miami ini akan menutup sebuah era penuh warna, sekaligus membuka jalan bagi pembaruan tim nasional, yang sedang dibangun di era kepelatihan Marcelo Bielsa.
Terlepas dari aneka kontroversi dan sisi bengalnya, talenta besar, gaya hidup sewajarnya di luar lapangan, dan etos kerja Luis Suarez menjadi satu contoh unik yang bisa menginspirasi penyerang Timnas Uruguay di generasi selanjutnya.