Kalau melihat bagaimana ide taktik ETH, terdapat satu gambaran simpel. Ia ingin coba mereplikasi cerita sukses di Ajax, ketika tim raksasa Belanda itu mampu mendominasi Eredivisie dan lolos ke semifinal Liga Champions musim 2018-2019.
Kebetulan, kelima eks pemain Ajax yang datang ke Manchester United adalah bagian dari tim itu, dengan Matthijs de Ligt sebagai kapten.
Aroma Ajax sendiri juga terasa di area teknik, dengan kedatangan Jelle ten Rouwelaar (pelatih kiper) yang diboyong ke Teater Impian pada musim panas 2024. Setahun sebelumnya, sudah ada Pieter Morel (analis pertandingan) yang juga diboyong dari Ajax.
Saat didatangkan dari Johan Cruyff Arena pada tahun 2022 silam, Erik Ten Hag juga membawa serta Mitchell van der Gaag (asisten pelatih). Tapi, manajemen MU mendepak sang asisten, setelah mencetuskan rencana perombakan tim pelatih pada musim panas 2024.
Seperti diketahui, musim 2023-2024 berjalan seperti mimpi buruk buat klub kesayangan Manchunian. Meski juara Piala FA, perombakan tetap dianggap perlu, sehingga Rene Hake dan Ruud Van Nistelrooy (Belanda) pun didatangkan sebagai asisten pelatih baru.
Dengan datangnya Mazraoui dan de Ligt, ide meng-Ajax-kan Setan Merah jelas menjadi cetak biru proyek Ten Hag di Manchester. Terbukti, Andre Onana yang tampil inkonsisten dan Antony yang melempem tetap dipercaya sebagai starter.
Secara kasat mata, ini adalah satu strategi klasik yang cukup "aman", dan pernah dilakukan eks pelatih Ajax lain di masa lalu.
Pada era 1970-an. Rinus Michels pernah melakukannya, dengan membawa serta Johan Cruyff dan Johan Neeskens ke Barcelona. Duo Johan ini merupakan pemain kunci Ajax saat mencatat hat-trick juara Liga Champions awal tahun 1970-an. Hasilnya, Barca meraih masing-masing satu gelar La Liga dan Copa Del Rey.
Di era Johan Cruyff, langkah serupa juga dilakukan pada tahun 1988. Tepatnya saat sang master Total Football membawa serta Danny Muller dan Jordi Cruyff dari akademi Ajax ke Barcelona. Dari keduanya, hanya Jordi Cruyff yang sempat mencicipi kesempatan main di tim utama.
Richard Witschge menjadi satu lagi eks anak didik Cruyff di Ajax yang datang ke Barcelona pada tahun 1991. Meski hanya 2 tahun di Camp Nou, torehan sepasang trofi La Liga dan satu gelar Liga Champions menjadikan kiprah singkatnya terbilang sukses.
Selebihnya, "The Dream Team" Cruyff yang meraih aneka prestasi, termasuk juara Liga Champions pertama klub tahun 1992 cenderung kosmopolitan, karena memadukan talenta lokal macam Pep Guardiola dan bintang top dunia macam Romario (Brasil) dan Michael Laudrup (Denmark).