Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Maroko, dari Semifinal ke Semifinal

3 Agustus 2024   03:10 Diperbarui: 3 Agustus 2024   03:11 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di kursi pelatih, Tarik Sektioui juga punya pengalaman bermain di Timnas maroko dan klub Eropa, dengan antara lain pernah memberikan AZ Alkmaar (Belanda) dan FC Porto (Portugal) di era 2000-an. Jadi, ada perpaduan seimbang antara pengalaman para pemain dan pelatih.

Dengan capaian beruntun lolos ke semifinal Piala Dunia dan Olimpiade, Maroko telah menaikkan level tim Afrika secara umum, sekaligus menegaskan status mereka sebagai tim "sesepuh" Benua Hitam.

Maklum, mereka juga merupakan tim Afrika pertama yang lolos dari fase grup Piala Dunia, tepatnya di edisi 1986. Jika dirunut lagi, ternyata tim dengan kostum khas merah-hijau ini juga merupakan tim Afrika pertama yang meraih poin di fase grup Piala Dunia, tepatnya saat bermain imbang 1-1 melawan Bulgaria di Piala Dunia 1970.

Catatan impresif negara ujung barat Jazirah Arab belakangan ini mungkin terlihat seperti kejutan besar. Meski begitu, ternyata ini adalah buah dari apa yang sudah dibangun sejak lama dan bertahap.

Momentum awalnya datang di tahun 2009, ketika Raja Mohammed VI, Raja Maroko, membangun akademi sepak bola nasional, dengan ongkos 13 juta euro (sekitar 22,9 miliar rupiah). Dari akademi ini, muncul anggota tim semifinalis Piala Dunia 2022, seperti Youssef En-Nesyri dan Nayef Aguerd.

Selain membangun akademi dengan kurikulum terpadu dan fasilitas prima di dalam negeri, RMFF (PSSI-nya Maroko) juga aktif mencari pemain diaspora Maroko di luar negeri.

Alhasil, pemain-pemain yang lahir di Eropa seperti Achraf Hakimi (lahir di Spanyol), Hakim Ziyech (lahir di Belanda) dan Brahim Diaz (lahir di Spanyol) masuk ke tim nasional. Di Olimpiade 2024, daftar pemain diaspora ini bertambah, antara lain dengan masuknya Eliesse Ben Seghir (lahir di Prancis), Oussama El Azzouzi (lahir di Belanda) dan Ilias Akhomach (lahir di Spanyol)

Belakangan, tepatnya sejak RMFF mulai dipimpin Fouzi Lekjaa pada tahun 2014, perbaikan infrastruktur olahraga dan pembangunan stadion baru cukup gencar dilakukan, bersamaan dengan perbaikan kualitas kompetisi domestik.

Hasilnya, selain mencapai semifinal Piala Dunia dan Olimpiade, Maroko juga terpilih menjadi tuan rumah Piala Afrika 2025, dan tuan rumah Piala Dunia 2030 (bersama Spanyol, Portugal, Paraguay, Uruguay dan Argentina).

Terlepas dari kegagalan melangkah jauh di Piala Afrika 2023, capaian hebat Sang Singa Atlas dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan, seberapa hebat dampak  sinergi padu antara federasi dan pemerintah, dalam mengoptimalkan semua potensi yang ada (baik di dalam maupun luar negeri).

Prosesnya memang tidak sebentar dan cukup rumit, karena melibatkan banyak pihak. Tapi, sekali bisa berbuah, buah-buah lain akan datang dengan sendirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun