Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pariwisata Berkelanjutan, Sebuah Ide Holistik

20 Juli 2024   09:58 Diperbarui: 20 Juli 2024   10:00 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bicara soal tren pariwisata kekinian, ada saja hal unik yang muncul. Mulai dari spot fotogenik yang "instagramable", sampai kuliner dengan porsi atau tingkat kepedasan ugal-ugalan.

Semakin unik atau ekstrem konsepnya, semakin besar kesempatan untuk viral. Maklum, aspek yang banyak dimainkan di sini umumnya berfokus pada "viral", rasa ingin tahu atau "kebelet FOMO".

Pada awalnya, ini memang mampu menarik popularitas dalam waktu singkat
Tapi, karena hanya punya satu daya tarik, dan tidak menimbang keberlanjutan, banyak yang pada akhirnya malah menghidupi larik sajak Chairil Anwar:

"Sekali berarti, sudah itu mati"

Fenomena semacam ini sudah sering terjadi, dan menjadi satu kewajaran di era digital. Di satu sisi, "viral" dan "unik" memang jadi potensi nilai tambah, tapi menjadi sulit dioptimalkan, karena sasaran manfaatnya terbatas dan tidak berkelanjutan.

Maka, ketika Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI
mulai melirik orientasi berkelanjutan, ada sedikit harapan, karena ada manfaat lebih luas yang bisa dioptimalkan.

Inilah yang saya jumpai dalam Netas On Java Camp di Desa Wisata Pulesari, Turi, Sleman Yogyakarta. Acara besutan Kemenparekraf dan Generasi Pesona Indonesia (Genpi) ini berlangsung pada tanggal 19 dan 20 Juli 2024.

(Dok Genpi)
(Dok Genpi)
Dalam acara yang dihadiri Menparekraf Sandiaga Uno, Siti Chotijah (Ketua Genpi Indonesia), I Gusti Ayu Dewi (Kepala Birkom Kemenparekraf), Rio Zakaria (Sociopreneur), dan Octo Lampito (Pemred Kedaulatan Rakyat) saya mendapat satu perspektif utuh, soal pariwisata berkelanjutan.

Dimana, aspek yang disentuh tidak hanya soal sifat "ramah" lingkungan, seperti yang belakangan menjadi tren, tapi juga menyentuh ekonomi, sosial dan budaya. Boleh dibilang, orientasi berkelanjutan yang dijalankan Kemenparekraf adalah satu hal bersifat holistik.

Jadi, satu kawasan wisata dengan orientasi berkelanjutan merupakan satu area yang mampu menghasilkan nilai tambah secara ekonomi, dengan memberdayakan masyarakat setempat, termasuk dalam hal kearifan lokal.

Pada gilirannya, potensi lokal yang ada tidak hanya menjadi objek "warisan" untuk dilestarikan, tapi juga berkembang menjadi satu potensi dengan nilai jual.

Satu hal yang cukup menarik dari pemaparan Menparekraf, beliau menyebut, pariwisata berkelanjutan juga punya sifat inklusif. Ada kesempatan secara untuk semuanya yang terus diupayakan.

Dengan potensi sebesar ini, wajar jika Kemenparekraf banyak menghadirkan desa wisata, seperti di Desa Wisata Pulesari, yang secara geografis berada di kawasan lereng Gunung Merapi, dan merupakan salah satu daerah sentra produksi buah salak.

Jika ide ini bisa dieksekusi optimal, pariwisata berkelanjutan akan menjadi satu instrumen penting dalam pembangunan nasional. Semakin banyak Desa Wisata yang optimal, semakin besar pemerataan bisa diwujudkan. Fungsi utama pariwisata, yakni konservasi dan edukasi pun bisa berjalan seperti seharusnya.

(Dokpri)
(Dokpri)
HHanya saja, berhubung kebijakan di Indonesia kadang dipengaruhi oleh sosok pemimpin, fenomena "ganti pemimpin, ganti kebijakan, ganti program" menjadi satu titik rawan yang perlu diantisipasi.

Jangan sampai, kebijakan yang ada hanya jadi satu siklus program, yang akan dimulai lagi dari nol (bahkan minus) saat periode baru, karena bongkar pasang berkelanjutan tak akan menghasilkan satu keberlanjutan.

Semoga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun