Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Label Gula, diantara Edukasi dan Budaya Baca Kita

13 Juli 2024   23:30 Diperbarui: 13 Juli 2024   23:45 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Komposisi kopi sachet (Validnews.id)

Beberapa waktu terakhir, sorotan soal tingginya kandungan gula di aneka produk kemasan telah menghasilkan satu kesimpulan: perlunya label kandungan gula dan transparansi komposisi produk secara khusus.

Kesimpulan ini bisa dimengerti, karena sebagian masyarakat mulai menyadari, tingginya kandungan gula dalam aneka produk kemasan adalah satu bahaya nyata buat kesehatan.

Seperti diketahui, jumlah penderita penyakit kronis (akibat konsumsi gula berlebihan) seperti diabetes dan gangguan fungsi organ, dari kalangan usia muda (termasuk Gen-Z) cenderung meningkat.

Kesadaran seperti ini memang bagus, tapi fenomena yang berkembang di lapangan juga menunjukkan, budaya baca dan edukasi di masyarakat Indonesia masih belum berkembang optimal. Mungkin, pendapat ini terasa kasar, tapi menjadi relevan dengan permasalahan yang ada.

Soal budaya baca, kekurangan di sini sudah terlihat, dari satu hal kecil yang sering terlupakan: membaca info komposisi produk di kemasan.

Informasi ini sudah ada sejak lama, dan semakin transparan, karena ada produk yang berani menyebut persentase bahan, yang bisa dihitung dari berat netto produk per kemasan.

Meski belum semuanya berani disebutkan, seharusnya ini bisa membantu. Dari sini konsumen bisa menghitung sendiri, berapa banyak bahan yang digunakan, lengkap dengan jenisnya

Sebagai contoh, dalam satu kemasan kopi sachet dengan berat netto 20 gram, komposisi yang dicantumkan terdiri dari kopi instan (15%), krimer nabati dan gula.

Jadi, jika dihitung secara langsung, kopi sachet tersebut terdiri dari 3 gram kopi instan (15% dikali 20 gram) plus 17 persen krim nabati dan gula. Dengan komposisi seperti itu, ini jelas bukan kopi yang dicampur krimer dan gula, tapi krimer dan gula yang diberi sedikit kopi instan.

Dari sini, kita juga bisa melihat langsung, seberapa mahal harga bahan baku utama produk yang dijual, sehingga komposisi gula dan krimernya sebegitu dominan. Dari sini juga terlihat, mengapa harga kopi sachet masih jauh lebih murah dibanding kopi bubuk murni.

Informasi yang ada sudah cukup terang benderang. Dengan catatan, kalau mau dibaca.

Kalaupun tidak dijelaskan secara rinci, masih ada gambaran soal informasi nilai gizi, yang menjelaskan seberapa banyak takaran saji per kemasan, lengkap dengan info kalori produk.

Sayangnya, entah karena lupa atau memang malas membaca (baik dalam hal membaca info atau situasi secara umum) informasi sepenting itu jadi terlupakan begitu saja.

Kalaupun diingat, itu baru terjadi saat ada dampak negatif muncul, seperti pada kasus label kandungan gula. Jadi, masalah terbesarnya ada pada budaya baca yang lemah dan edukasi yang kurang, kalau tak boleh dibilang tidak ada.

Dua hal ini penting, karena dengan membaca komposisi produk, konsumen bisa melakukan langkah preventif. Meski simpel, ini akan sangat berguna.

Sementara itu, edukasi bisa membantu konsumen mengenali situasi secara umum, dan berpikir lebih objektif. Dengan demikian, keputusan yang akan diambil atau saran yang akan diberikan tidak terpaku pada dikotomi "benar-salah" atau sejenisnya, karena murni bersifat objektif dan bertujuan konstruktif.

Jadi, kebutuhan mendesak di sini bukan berada pada pemberian label khusus, tapi lebih pada edukasi dan penguatan budaya baca.

Kalau tidak diedukasi dengan benar dan dibiasakan membaca info komposisi produk, pemberian label khusus seperti apapun percuma, karena masih belum ada  kesadaran dan pemahaman kolektif dan solid.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun