Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Belanda, Diam-diam Menghanyutkan

7 Juli 2024   05:57 Diperbarui: 7 Juli 2024   08:21 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Piala Eropa 2024 sudah menuntaskan babak perempat final, dengan Prancis, Spanyol, Inggris dan Belanda lolos ke semifinal. Dari keempat tim, Belanda menjadi tim yang bisa dibilang paling mengejutkan.

Maklum, tim asuhan Ronald Koeman ini tidak punya materi tim semewah semifinalis lainnya. Lini depan mereka bahkan diisi pemain-pemain pelapis di level klub, macam Wout Weghorst dan Memphis Depay.

Secara performa, "Timnas Pusat" juga tidak seimpresif Spanyol atau sestabil Inggris dan Perancis. Di babak Kualifikasi, mereka dua kali dikalahkan Prancis, dan di fase grup sempat ditekuk Austria 3-2.

Keraguan semakin lengkap, karena Virgil Van Dijk dkk lolos dari fase grup sebagai salah satu tim peringkat ketiga terbaik. Benar-benar minimalis.

Tapi, tim yang kelihatan serba meragukan ini justru mampu berprogres selangkah demi selangkah. Keraguan yang membuat mereka tidak disorot justru menjadi keuntungan tersendiri.

Memang, ini bukan De Oranje versi terbaik secara permainan dan materi pemain, tapi tim satu ini tetap mampu meraih hasil positif saat dibutuhkan. Sebuah performa yang justru dibutuhkan sebuah tim, di turnamen sekelas Piala Eropa.

Ada kalanya mereka bermain bagus, seperti saat menekuk Romania 3-0 di perdelapan final. Ada kalanya juga bermain aman, seperti saat bermain imbang tanpa gol melawan Prancis di fase grup.

Bahkan, tim yang mentalnya sering ambruk setelah kebobolan ini bisa membalikkan keadaan, bahkan sampai dua kali, yakni saat mengalahkan Polandia di fase grup, dan Turki di perempatfinal dengan skor identik 2-1.

Baca juga: Liberte, Egalite, N

Ada satu mentalitas petarung, yang tumbuh dan berpadu-padan, dengan  kecerdikan taktik sang pelatih, termasuk dalam mengeksploitasi kelemahan tim lawan. Laga melawan Polandia dan Turki menjadi dua contoh sempurna.

Pada laga melawan Polandia, Koeman melakukan pergantian jitu, kala memasukkan Wout Weghorst di babak kedua menggantikan Memphis Depay. Penyerang jangkung itu mampu mencetak gol, setelah memanfaatkan celah terbuka di lini belakang Polandia.

Di perempatfinal, eks pelatih Barcelona itu secara cerdik mampu memanfaatkan kelemahan Turki dalam mengantisipasi bola silang. Gol Stefan De Vrij dan gol bunuh diri Mert Muldur sama-sama berawal dari umpan silang, yang gagal dan salah diantisipasi.

Di luar performa tim secara kolektif, Belanda juga masih punya Cody Gakpo, yang bagaikan menjadi Arjen Robben versi kaki kanan. Kebolehannya mengiris dari sayap kiri dan melakukan "cut inside", telah menciptakan 3 gol dan 1 assist, yang sekaligus menjadi oase di tengah keringnya lini depan Tim Oranye.

Dengan laju Timnas Belanda ke semifinal Piala Eropa, untuk pertama kalinya sejak edisi 2004, pemain Liverpool ini masih berpeluang menambah gol dan menjadi top skor turnamen. Jika berhasil, ia akan mengikuti jejak Marco Van Basten (1988), Dennis Bergkamp (1992) dan Patrick Kluivert (2000).

Uniknya, di balik kejutan Oranje di Jerman, ada satu kesempatan unik untuk mengulang sejarah, seperti kala tim legendaris asuhan Rinus Michels juara Piala Eropa 1988.

Kebetulan, turnamen kala itu itu juga digelar di Jerman, dan Koeman yang kini jadi pelatih, juga menjadi salah satu pilar tim, bersama trio Marco Van Basten-Ruud Gullit dan Frank Rijkaard yang ikonik.

Akankah sejarah terulang?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun