Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

"Catenaccio" ala Prancis

6 Juli 2024   15:24 Diperbarui: 6 Juli 2024   15:25 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Euro 2024 mulai menapak fase akhir, dengan Prancis menjadi satu tim yang lolos ke semifinal. Kalau melihat materi pemainnya, ini jelas bukan kejutan. Mereka memang termasuk salah satu tim favorit juara.

Tim asuhan Didier Deschamps ini boleh dibilang kuat di segala lini. Lini belakang solid, lini tengah ulet, dan lini depan eksplosif.

Kombinasinya pun spesial, karena memadukan pemain berpengalaman macam N'Golo Kante (Al Nassr) dan Antoine Griezmann (Atletico Madrid) dengan superstar sekaliber Kylian Mbappe (Real Madrid) dan bintang naik daun seperti William Saliba (Arsenal)

Baca juga: Liberte, Egalite, N

Materi pemain yang bertanding di Jerman juga tak jauh beda dari tim yang menembus final Piala Dunia 2022 dan melaju mulus di Kualifikasi Euro 2024.

Tapi, kalau melihat bagaimana performa  di lapangan, Tim Ayam Jantan menghadirkan satu kejutan yang agak mengherankan. Meski hanya kebobolan satu gol dari 5 pertandingan, mereka hanya mampu mencetak 3 gol, yang terdiri dari 2 gol bunuh diri dan 1 gol penalti.

Dengan kata lain, belum ada satu gol pun yang bisa dicetak Les Bleus dari permainan terbuka. Dengan materi pemain sebagus itu, performa mereka jelas jadi tanda tanya besar.

Memang, Mbappe diterpa cedera patah tulang hidung dan harus memakai topeng pelindung, tapi ketika pemain depan lain, seperti Marcus Thuram (Inter Milan) dan Ousmane Dembele (PSG) malah tampil melempem, jelas ada yang aneh.

Apa ini cara mereka beradaptasi pada masalah cedera Mbappe? Entah. Yang jelas,
hasil di lapangan seolah menjawab iya.

Sejak dipegang Deschamps, Prancis memang terbiasa cenderung bermain pragmatis, tapi masih rajin mencetak gol. Tidak seperti yang (sejauh ini) ditampilkan di pesta bola Eropa 2024.

Dari lima penampilan Kylian Mbappe dkk di Jerman, partai melawan Portugal di babak perempat final, Sabtu (6/7, dinihari WIB) mungkin menjadi puncak pragmatisme mereka.

Meski bermain lebih efektif dalam hal membuat peluang, tim ini tampak buntu. Tak ada gol tercipta, sampai pertandingan harus berlanjut ke babak tos-tosan.

Di babak adu penalti, semua algojo Prancis memang bisa menjebol gawang Portugal, tapi tendangan Joao Felix yang membentur gawang Mike Maignan-lah yang jadi pembeda.

Sebenarnya, tim yang akan bertemu Spanyol di babak semifinal ini termasuk kreatif dalam hal membuat peluang. 

Tapi, kombinasi antara penyelesaian akhir yang kurang klinis, kondisi tidak ideal Mbappe dan performa tangguh lini belakang malah membuat mereka terlihat seperti Italia di era keemasan "catenaccio", dengan tingkat keberuntungan cukup tinggi.

Dengan karakter permainan Spanyol yang dinamis dan cair, Kylian Mbappe dkk akan bersiap menghadapi ujian rumit menuju final. Sebuah partai final kepagian lain di pesta bola Eropa 2024.

Andai pragmatisme kembali "menolong", bahkan sampai ke podium juara, mereka mungkin akan diingat sebagai juara paling aneh yang pernah ada, lebih dari sensasi Yunani di Euro 2024. Bukan karena mereka "membunuh" tim unggulan, tapi lebih karena fakta bahwa mereka tidak mencetak satu gol pun dari permainan terbuka.

Sebuah fenomena yang bisa jadi membawa tren sepak bola pragmatis ke titik lebih ekstrem, karena kreativitas akan kalah dengan nasib apes dan kesalahan lawan. Seperti catur saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun