Meski bermain lebih efektif dalam hal membuat peluang, tim ini tampak buntu. Tak ada gol tercipta, sampai pertandingan harus berlanjut ke babak tos-tosan.
Di babak adu penalti, semua algojo Prancis memang bisa menjebol gawang Portugal, tapi tendangan Joao Felix yang membentur gawang Mike Maignan-lah yang jadi pembeda.
Sebenarnya, tim yang akan bertemu Spanyol di babak semifinal ini termasuk kreatif dalam hal membuat peluang.Â
Tapi, kombinasi antara penyelesaian akhir yang kurang klinis, kondisi tidak ideal Mbappe dan performa tangguh lini belakang malah membuat mereka terlihat seperti Italia di era keemasan "catenaccio", dengan tingkat keberuntungan cukup tinggi.
Dengan karakter permainan Spanyol yang dinamis dan cair, Kylian Mbappe dkk akan bersiap menghadapi ujian rumit menuju final. Sebuah partai final kepagian lain di pesta bola Eropa 2024.
Andai pragmatisme kembali "menolong", bahkan sampai ke podium juara, mereka mungkin akan diingat sebagai juara paling aneh yang pernah ada, lebih dari sensasi Yunani di Euro 2024. Bukan karena mereka "membunuh" tim unggulan, tapi lebih karena fakta bahwa mereka tidak mencetak satu gol pun dari permainan terbuka.
Sebuah fenomena yang bisa jadi membawa tren sepak bola pragmatis ke titik lebih ekstrem, karena kreativitas akan kalah dengan nasib apes dan kesalahan lawan. Seperti catur saja.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI