Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Timnas Indonesia Rindu Juara, Sebuah Narasi Salah Kaprah

1 Juli 2024   23:46 Diperbarui: 3 Juli 2024   11:59 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam sepak bola nasional, khususnya yang berkaitan dengan Timnas Indonesia, ada cukup banyak prediksi rasa ekspektasi, dan narasi bias, yang kadang rancu. Salah satunya narasi "Rindu Juara".

Sepintas, narasi ini terdengar logis, karena salah satu tujuan berkompetisi adalah menjadi juara. Dalam KBBI, kata "rindu" juga berarti "sangat ingin dan berharap benar terhadap sesuatu".

Tapi, kalau konteksnya olahraga, termasuk sepak bola, "Rindu Juara" adalah satu frasa yang relevan, hanya jika sebuah tim pernah menjadi juara. Misalnya, jika Bobotoh, Jakmania atau Bonek yang mengatakan, karena Persib, Persija dan Persebaya sama-sama pernah juara Liga Indonesia.

Di cabor bulutamgkis, frasa "Rindu Juara" adalah satu hal yang relevan, karena Indonesia pernah meraih berbagai prestasi kelas dunia, misalnya juara Piala Thomas, Uber, All England dan Olimpiade. Rekam jejak sejarahnya pun panjang dan tegas.

Jadi, ketika frasa "Rindu Juara" dialamatkan kepada Timnas Indonesia senior, frasa ini menjadi rancu. Apalagi, tolok ukur prestasi sebuah tim nasional biasa dilihat dari prestasi di level senior, bukan kelompok umur. 

Pertanyaannya simpel, memangnya Timnas Indonesia senior  pernah juara di turnamen mayor internasional?

Jawabannya jelas belum. Jangankan juara, bisa lolos dari fase grup Piala Asia saja baru sekali terjadi. Itupun langsung rontok Di babak gugur .

Piala Dunia? Lebih parah lagi, karena Indonesia belum pernah lolos ke Piala Dunia sejak berstatus negara merdeka.

Kalaupun pernah lolos, itu terjadi di Piala Dunia 1938, ketika Indonesia masih bernama Hindia Belanda, dan berstatus wilayah koloni Belanda. 

Penampilan tunggal Indonesia sebagai wakil Asia pertama di Piala Dunia kala itu juga langsung selesai di putaran pertama, setelah dihantam Hongaria 6-0.

Di level Asia Tenggara saja, Tim Garuda belum pernah juara Piala AFF (kini ASEAN Championship) bahkan sejak turnamen diluar kalender resmi FIFA ini masih bernama Piala Tiger. Seramnya lagi, Timnas Indonesia masih menjadi tim yang paling sering keok di final (6 kali) sampai diolok-olok sebagai "eternal runner-up", antara lain oleh suporter Thailand, Singapura, Vietnam dan Malaysia.

Jadi, narasi "Rindu Juara" adalah satu salah kaprah. Juara di Asia Tenggara saja belum pernah, kok bisa rindu juara? Ini seperti orang yang masih jomblo, tapi sudah hobi berkata "rindu pacar". Aneh sekali.

Memang, bisa melihat Tim Merah Putih juara adalah satu mimpi bersama. Tapi, bukan berarti boleh berekspektasi semau gue, termasuk menggiring opini publik lewat narasi salah kaprah. 

Bukannya menambah semangat, malah akan jadi beban. Apalagi, kalau salah kaprah ini sampai membawa serta sikap "overproud" dan sombong. Malunya pasti akan berlipat kalau ternyata kalah.

Kalau Timnas Indonesia sudah sehebat Brasil, Argentina, Prancis atau Jerman, narasi "Rindu Juara" mungkin bisa dipahami. Tapi, karena jalan ke sana masih sangat panjang, menjadi sadar diri bukan sesuatu yang memalukan.

Malah, akan lebih memalukan kalau sudah sombong, tapi tak sadar diri, apalagi mau berbenah setelah kalah. Bukannya maju, yang ada semakin di belakang. 

Kalau sudah begitu hal receh yang sebenarnya bukan prestasi pun bisa dirayakan berlebihan, saking tak adanya hal yang bisa dibanggakan. Sebuah fenomena miris, yang entah kapan bisa diputus. 

Maka, ketika PSSI lebih realistis dan setidaknya sedikit lebih waras di era Erick Thohir, ini adalah satu momen bagus untuk bisa lebih sadar dan mengenali diri  secara lebih baik. Ini penting, karena jika bisa sadar dan mengenali diri dengan baik, lawan akan lebih bisa dihadapi dengan baik, karena sudah disadari dan dikenal dengan baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun