Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Game Over, Kroasia?

20 Juni 2024   01:28 Diperbarui: 20 Juni 2024   13:00 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekspresi kecewa gelandang Kroasia, Luka Modric, setelah laga Grup B Piala Eropa 2024 antara Kroasia dan Albania, Rabu (19/6/2024), di Volksparkstadion, Hamburg, Jerman. Laga berakhir seri, 2-2. (Sumber: AP/PETR JOSEK via KOMPAS.ID)

Judul di atas adalah satu pertanyaan yang muncul, seiring performa jeblok Timnas Kroasia di Euro 2024. Dari dua laga fase grup, Vatreni takluk 0-3 dari Spanyol dan ditahan Albania 2-2.

Untuk ukuran tim yang belum lama meraih medali perunggu Piala Dunia 2022, dan datang ke Jerman sebagai satu tim unggulan, rentetan hasil ini jelas tidak sesuai dengan atribut dan materi tim secara umum.

Tapi, kalau melihat bagaimana performa tim semenanjung Balkan di lapangan hijau, dua hasil minor ini justru mengisyaratkan, mereka sudah "habis". Dengan materi tim tidak jauh berbeda dari tim semifinalis Piala Dunia 2022, tim ini sudah tak lagi sama.

Meski masih dimotori Luka Modric, kreativitas Vatreni terlihat mandek dan lebih mudah diantisipasi.

Pengalaman pemain Real Madrid kelahiran tahun 1985 ini tak lagi banyak membantu, karena level performanya tampak menurun. Alhasil, kualitas serangan tim terlihat melempem.

Terbukti, dari dua gol yang sudah tercipta di Jerman, hanya satu yang dicetak pemain mereka, yakni ketika Andrej Kramaric menjebol gawang Albania. 

Satu gol lain tercipta dari gol bunuh diri Klaus Gjasula, pemain pengganti Albania, yang ironisnya juga membobol gawang Kroasia di masa injury time.

Memang, masih ada rencana, permainan kolektif dan skema taktik rapi, khas tim Eropa Timur, tapi itu terlihat seperti sebuah strategi catur. Sekali ditemukan titik lemah fatal atau resep kontra strategi ampuh, selesai sudah.

Sedangkan saat Euro 2024, titik lemah fatal anak asuh Zlatko Dalic berada pada lini belakang yang rapuh, dan rawan ditembus, terutama dalam situasi bola silang atau tembakan di dalam kotak penalti. Kelemahan ini tampak terekspos dan mampu dimanfaatkan lawan.

Terbukti, dari lima gol yang bersarang di gawang Dominik Livakovic, kelimanya berasal dari tembakan di dalam area penalti, dengan tiga diantaranya berawal dari skema umpan silang.

Jelas, ada masalah koordinasi lini belakang. Tidak ada lagi Josko Gvardiol yang biasanya tangguh di Manchester City dan Livakovic yang memberi rasa aman di bawah mistar.

Dengan kreativitas yang terlihat kering dan lini belakang sebegitu rapuh, rasanya Kroasia membutuhkan keberuntungan ekstra, untuk bisa sebatas imbang, apalagi menang tipis di laga terakhir melawan tim juara bertahan Italia di laga terakhir.

Seperti diketahui, Italia adalah tim yang biasa bermain cerdik, walau kadang agak nakal. Kecerdikan ini antara lain terlihat, dari performa tim asuhan Luciano Spalletti, ketika menang 2-1 atas Albania.

Meski langsung kebobolan di menit awal, La Nazionale hanya butuh waktu 15 menit untuk membalikkan skor dan mengontrol situasi, sebelum akhirnya mengunci kemenangan.

Kemampuan mengontrol situasi ini belum terlihat lagi, karena saat menghadapi Albania, Luka Modric dkk memang sempat membalikkan skor setelah kebobolan, tapi mereka malah kembali kecolongan jelang pertandingan selesai.

Kalau performa Kroasia tak juga membaik, rasanya Euro 2024 akan jadi satu cerita suram, sekaligus akhir sedih era legendaris sisa-sisa generasi Luka Modric di tim nasional, yang sudah dimulai sejak tahun 2006, segera setelah sukses mencapai final dan semifinal secara berurutan, di dua edisi Piala Dunia terakhir.

Di sisi lain, kalau Kockasti akhirnya harus angkat koper di fase grup Piala Eropa 2024, ini akan memperpanjang rasa penasaran tim di ajang pesta bola Eropa. 

Seperti diketahui, sejak debut di Euro 1996, prestasi tertinggi tim negara pecahan Yugoslavia ini adalah babak perempat final (edisi 1996 & 2008), dan mereka butuh waktu lebih lama untuk bisa menyamai, apalagi melampauinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun