Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

K-Rewards dan Bahaya Laten "Oversharing"

11 Juni 2024   20:17 Diperbarui: 11 Juni 2024   21:03 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Praktis, titik rawan tersisa tinggal "sharing" artikel di media sosial. Dengan banyaknya ragam "platform" media sosial, berbagi tulisan menjadi satu hal yang sama sekali tidak aneh.

Satu-satunya yang menjadi titik rawan adalah, ketika ada Kompasianer yang tanpa malu-malu membagikan tulisan sendiri di mana saja, termasuk di tempat yang tidak seharusnya, membuat grup "chat" tempat berbagi tulisan sendiri, kalau perlu dalam jumlah sebanyak mungkin.

Jika jejaringnya luas, dan setiap grup yang dibuat  diikuti banyak orang, jumlah klik dan "vote" akan mengalir dengan sendirinya. Secara kasat mata, ini memang logis, wajar dan legal. Ada juga teladan bagus, ketika si Kompasianer memang sudah rutin menulis setiap hari.

Tapi, ini bukan satu hal yang cukup sehat untuk dibiasakan. Khususnya, kalau yang bersangkutan jarang "blogwalking", apalagi berinteraksi dengan sesama Kompasianer, entah di kolom komentar atau di media sosial (selain membagikan tulisan sendiri).

Padahal, interaksi antar-Kompasianer tidak sebatas saling berbagi tulisan. Ada saatnya bercanda, ngobrol di media sosial, bahkan kopi darat, karena ber-Kompasiana tidak hanya sebatas "saling membagikan tulisan".

Sebangga apapun seseorang pada tulisannya, normalnya masih ada sedikit rasa malu untuk membagikan itu, apalagi secara rutin dan masif. Kecuali kalau memang tingkat narsisnya sudah terlalu tinggi dan dia hanya peduli dengan angka klik dan vote. Dibaca atau tidak, bodo amat, yang penting sudah klik, scroll dan vote.

Disadari atau tidak, gaya seperti ini memang bisa memacu seseorang untuk lebih semangat menulis. Bayangkan, hanya dengan menulis artikel dan mengumpulkan banyak klik, ada kesempatan mendapat penghasilan kurang lebih sebesar UMR beberapa provinsi di Indonesia.

Masalahnya, kalau motivasi itu lalu menghasilkan semangat "yang penting nulis" tapi hasilnya "asal jadi", dan banyak yang meniru, itu bisa jadi bahaya laten, yang bisa berpengaruh buruk pada Kompasiana secara umum, dalam posisinya sebagai platform menulis dan jurnalisme warga, bukan platform "news aggregator".

Bagi Kompasianer yang memang ingin membangun kebiasaan menulis, perilaku "tidak sehat" itu bisa menjadi racun yang merusak semangat, baik bagi mereka yang sudah lama ataupun masih baru mulai.

Bukannya menumbuhkan budaya literasi, sebuah perilaku tidak sehat (yang dibiasakan) bisa membuatnya jadi kontraproduktif. Kalau hasilnya sesuai harapan, pasti jalan terus, tapi kalau tidak, kebanyakan langsung stop.

Bagi saya secara pribadi, fenomena "oversharing" ini cukup mengganggu, karena memang tidak berlanjut ke interaksi. Seperti bot saja. Jadi, "oversharing" seperti ini harus dibatasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun