Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Chelsea, Sebuah Kekacauan Sistematis

23 Mei 2024   22:10 Diperbarui: 23 Mei 2024   22:20 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mauricio Pochettino dan Todd Boehly (Goal.com)

Situasi menjadi lebih rumit, karena Todd Boehly dan Bedad Eghbali selaku co-owner klub, kadang menginginkan kontrol seluas mungkin. Alhasil, ketika tim belanja pemain, tidak semua sesuai kebutuhan.

Bos yang bertingkah, pelatih yang susah. Tidak cocok sedikit saja bisa langsung dipecat.

Soal pergantian di pos pelatih, Chelsea sebenarnya tergolong klub yang tidak sabaran, khususnya sejak era Roman Abramovich. Bedanya, di era Abramovich, pergantian pelatih umumnya terjadi karena masalah performa di lapangan, sementara di era Boehly, faktornya lebih sulit ditebak, karena urusan performa bukan acuan tunggal.

Tapi, tim rival sekota Arsenal ini bisa meraih aneka prestasi di era Abramovich, karena punya struktur di balik layar yang sangat rapi. Orang-orangnya pun memang kompeten. Jadi, meski sering berganti pelatih, klub masih relatif stabil karena ada perencanaan dan ide proyek olahraga yang jelas.

Kelebihan ini belum dimiliki Boehly dan kolega, yang terkesan serampangan. Sudah strukturnya kacau, tumpang tindih, personelnya juga kurang kompeten.

Hasilnya, tercipta sebuah kekacauan  sistematis. Meski mulai menampakkan progres di tahun kedua, kekacauan sistematis yang "dibudayakan" di Chelsea justru bisa mendatangkan kemunduran, karena pelatih baru harus beradaptasi dari nol.

Dengan tingkat kesabaran setipis kertas dan ego begitu besar di level pemilik klub, siapapun pelatihnya akan dipaksa bekerja keras. Sudah begitu, wewenang terbatas, tapi tuntutan prestasi sangat tinggi.

Untuk 1-2 tahun terakhir, para bos di Chelsea mungkin bisa jumawa karena punya dana transfer melimpah. Tapi, dengan situasi yang ada dan progres yang cenderung lambat, ini bisa jadi bumerang di tahun-tahun berikutnya.

Kalau situasi tak kunjung membaik, tinggal tunggu waktu untuk kita melihat Chelsea jadi tim kelas medioker.

Mengenaskan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun