Beruntung, pelatih asal Argentina itu mampu memperbaiki situasi di paruh kedua musim 2023-2024. Hasilnya, tim yang sempat terdampar di posisi 12 Liga Inggris mampu finis di posisi 6 klasemen akhir, menjadi finalis Carabao Cup, dan tampil di kompetisi antarklub Eropa.
Untuk ukuran situasi klub yang masih dalam masa transisi, dan membangun ulang tim, capaian eks pelatih Tottenham Hotspur ini terbilang bagus. Dengan formula yang sudah ditemukan, seharusnya masih ada kesempatan buatnya melatih semusim lagi.
Apalagi, eks pelatih PSG ini juga dikenal punya rekam jejak sebagai pelatih yang tak pernah protes atau punya permintaan macam-macam, ketika menangani Spurs dan PSG. Rekam jejak ini juga yang membawanya ke kursi pelatih Chelsea.
Di Stamford Bridge, eks pelatih Espanyol ini juga masih kalem, ketika manajemen klub royal belanja pemain, termasuk saat Caicedo datang dari Brighton dengan ongkos transfer 115 juta pounds.
Tapi, kekaleman Poch pada akhirnya terusik, saat Boehly dan kolega mulai merecoki area kepelatihan, dengan ide mendatangkan staf pelatih spesialis. Ide ini secara tegas ditentang sang pelatih.
Sebenarnya, keberadaan pelatih spesialis (selain pelatih kiper dan pelatih fisik) belakangan sudah jadi tren di sepak bola modern. Sebagai contoh, Liverpool pernah mempekerjakan Thomas Gronnemark (Denmark) sebagai pelatih spesialis lemparan ke dalam, antara tahun 2018-2023, untuk memperbaiki kelemahan tim dalam situasi lemparan ke dalam.
Masalahnya, rencana para petinggi Chelsea ini dinilai sudah melewati batas, karena rencana semacam ini biasanya ditentukan oleh pelatih. Apa boleh buat, Pochettino dan Chelsea pun sepakat berpisah, tak lama setelah Liga Inggris musim 2023-2024 usai.
Intervensi berlebihan Todd Boehly dkk sendiri terbukti, dengan Chelsea
mendatangkan Christian Cueva (pelatih spesialis bola mati) dari Brentford, tak lama setelah melepas sang pelatih kepala.
Ironisnya, nama Pochettino sendiri belakangan masuk daftar kandidat pelatih baru Manchester United, menggantikan Erik Ten Hag yang akan dilepas usai final Piala FA.
Maka, bukan kejutan kalau Thomas Frank (pelatih Brentford) masuk daftar kandidat pelatih baru Chelsea, dan menjadi pelatih idaman Boehly dkk. Mereka ingin terus memegang kendali, meski secara struktur agak tumpang tindih.
Di pos pelatih, tidak ada batasan peran yang jelas, karena titelnya masih "manajer", layaknya pelatih di Liga Inggris. Pada prakteknya, pelatih ini hanya berperan sebagai "pelatih kepala", karena ada duet Laurence Stewart dan Paul Winstanley di pos Direktur Olahraga klub.