Musim pertamanya pun terbilang oke, karena mampu melangkah jauh di piala domestik dan finis di papan atas Liga Inggris.
Tapi, ketika konsistensi itu diuji di tahun kedua, semua jadi berantakan. Pemain-pemain yang didatangkan eks pelatih FC Utrecht ini rata-rata menurun secara performa, ditambah Tyrell Malacia dan Lisandro Martinez sama-sama cedera cukup lama.
Andre Onana yang diproyeksi sebagai pengganti De Gea malah lebih populer sebagai meme, akibat performanya yang naik-turun. Talenta muda seperti Alejandro Garnacho dan Kobie Mainoo terlihat menjanjikan, tapi belum cukup kuat untuk menggendong tim secara konsisten.
Secara keseluruhan, metode latihan keras Ten Hag, ditambah jadwal padat tim, benar-benar menuai panen cedera. Situasi semakin runyam, ketika situasi di ruang ganti tak lagi kondusif.
Dengan kondisi yang serba semrawut, ide taktik sehebat apapun hanya akan menuai masalah. Apalagi, kalau taktik itu sudah khatam dipelajari lawan, dan tak ada modifikasi sama sekali.
Belanja jor-joran yang sebelumnya dilakukan malah menjadi bukti lain kekacauan. Episode "proyek gagal" klub tampaknya masih akan  berlanjut di era Ten Hag, bahkan saat Sir Jim Ratcliffe sudah turun tangan mengurus klub sebagai "co-owner" klub bersama keluarga Glazer.
Kekalahan 0-4 Andre Onana dkk atas Crystal Palace di Liga Inggris, Selasa (7/5, dinihari WIB) dan fakta bahwa Tim Setan Merah terjebak di posisi 8 klasemen sementara Liga IInggris musim 2023-2024, seharusnya sudah cukup menjelaskan, seberapa ruwet masalah di dalam tim.
Dengan kekacauan seperti ini, ide mencopot Erik Ten Hag dari pos pelatih menjadi satu ide logis. Masalahnya, absensi rival sekota Manchester City di Liga Champions juga bisa berpengaruh pada minat pelatih top untuk datang.
Ditambah lagi, tingginya tekanan kerja sebagai pelatih di Teater Impian benar-benar tidak sehat. Terbukti, pelatih sekaliber Louis Van Gaal dan Jose Mourinho saja dipecat akibat tim mengalami performa jelek, meski sebenarnya kinerja manajemen klub juga terbilang kacau.
Kalaupun pelatih baru nantinya datang ke Stadion Old Trafford, rasanya situasi kacau masih akan berulang. Situasi ini sudah jadi siklus umum MU pasca-Ferguson, dan masih begitu-begitu saja.
Selama internal tim masih kacau, dan terus terjebak dalam siklus berulang "membangun tim", tak ada yang bisa benar-benar diharapkan, selain penurunan demi penurunan yang pelan tapi pasti terus berjalan.