Apa boleh buat, inilah buah dari interpretasi offside yang serba belepotan dan belum adanya VAR di Liga 1. Ditambah lagi, standar pelanggaran di Liga 1 kadang terlalu longgarÂ
Menendang bagian vital lawan saja kadang tak mendapat kartu merah, dan baru ada tindakan tegas setelah viral, seperti pada kasus Wahyudi Hamisi, yang viral beberapa waktu lalu.
Bagian yang menyebalkan dari kekalahan ini juga muncul, dari kesan "enggan mengakui keunggulan lawan" yang menjadi sebagian warna pendapat publik sepak bola nasional. Ujungnya, wasit (lagi) yang disalahkan.
Bias seperti ini agak konyol, karena Uzbekistan jelas-jelas bermain dominan, dan sebelum pertandingan sudah punya catatan performa mantap: selalu menang tanpa kebobolan. Berbeda dengan Qatar yang secara permainan kalah, tapi bisa mendapat kemenangan berkat keputusan wasit yang jelas menguntungkan mereka.
Kalau alasannya atas nama "nasionalisme", ini memalukan. Apalagi, laga melawan Uzbekistan juga menjadi panggung banyak pejabat narsis dan konten kreator "FOMO" yang membonceng momen ini untuk dijadikan panggung mendapat popularitas "jalur viral".
Sudah tidak mengakui kekalahan, masih juga narsis (bahkan viral dan menjadi meme). Nasionalisme macam apa itu?
Padahal, kalau saja sikap sportif itu ada, seharusnya ada keberanian untuk mengkritisi kekurangan tim di lapangan, termasuk soal taktik dan mental yang (ternyata rawan ambruk) saat situasi kurang menguntungkan.
Inilah yang sebenarnya paling dibutuhkan tim asuhan Shin Tae-yong, karena mereka perlu segera bangkit di laga melawan Irak, demi mengejar Tiket Olimpiade 2024. Ada kekurangan di laga melawan Uzbekistan yang perlu diperbaiki, demi meraih kemenangan.
Jadi, daripada hanya berlarut-larut mengkritisi kinerja wasit dan para ofisial pertandingan, apalagi sampai menebar hoax soal tanding ulang, sudah saatnya kita "mengawal" Timnas U-23 supaya bisa bersiap dan tampil maksimal di laga perebutan juara ketiga.
Mendukung aksi Timnas U-23 di Qatar memang satu wujud nasionalisme, dan itu keren, tapi akan lebih keren kalau sportivitas ada juga di sana, karena pertandingan (seharusnya) adalah tempat dimana kekalahan dan kemenangan bisa diterima dengan sama baiknya.
Kalau kita bisa menyambut kemenangan adu penalti atas Korea Selatan dengan pembahasan nonstop selama berhari-hari, seharusnya kita juga bisa menerima kekalahan atas Uzbekistan sebagai satu masukan konstruktif buat Tim Merah Putih.