Di pertandingan melawan Australia dan Jordania, saya melihat Timnas Indonesia U-23 bermain seolah ini pertandingan terakhir. Mereka tahu apa yang harus dilakukan, dan belajar banyak dari kekalahan melawan Qatar.
Jika mentalitas seperti ini mampu dipertahankan, sambil memperbaiki kekurangan yang ada, tampil di Olimpiade 2024 adalah satu mimpi yang masih bisa dikejar. Harapan itu masih ada, sekalipun yang dihadapi tim sekelas Korea Selatan atau Jepang, yang notabene raksasa Asia.
Di sisi lain, capaian Timnas U-23 di Qatar kali ini menjadi satu buah proses panjang yang sudah dirintis Shin Tae-yong sejak tahun 2019. Pelatih asal Korea Selatan itu pelan-pelan mentransformasi tim, terlepas dari pro-kontra yang ada.
Dari yang tadinya kehabisan bensin setelah menit ke 60 menjadi tim yang tangguh, sekalipun kalah jumlah pemain. Dari yang tadinya kurang taktis, mampu memaksa lawan memainkan taktik nakal "furbizia" ala Italia.
Dari yang tadinya sebatas mengagungkan potensi di awang-awang, kini mampu lebih realistis, dengan memanfaatkan potensi nyata dari pemain diaspora. Satu langkah yang secara frontal mampu melecut semangat pemain tim nasional dari Liga 1, sekaligus mendorong mereka untuk berani keluar dari zona nyaman.
Memang, belum ada trofi atau medali emas tingkat ASEAN, yang sukses ditorehkan eks pelatih Timnas Korea Selatan, selama bertugas di Indonesia, tapi prestasi transformatifnya jauh lebih berharga daripada "piala kaleng" level regional, karena mampu menaikkan level tim nasional Indonesia di Asia.
Dengan kondisi sepak bola nasional yang masih serba amburadul, mampu mengantar Timnas Indonesia senior dan U-23 lolos dari fase grup Piala Asia adalah satu prestasi spesial, karena belum pernah terjadi sebelumnya.
Bahkan, capaian lolos ke babak perempat final Piala Asia U-23 menjadi satu standar tinggi, sekaligus satu "warisan" Shin Tae-yong di Timnas Indonesia, karena langsung sukses dicatat, pada debut Indonesia di Piala Asia U-23.
Mungkin, inilah kesempatan Timnas Indonesia mencatat (dan memperbarui) sejarah di level Asia. Semoga, momentum positif ini tetap bisa dipertahankan, supaya mereka tidak langsung jatuh, hanya karena terlalu puas diri setelah mencatat sejarah.
Bisa?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H