Ketika itu, The Kop secara tim masih kelelahan secara mental, karena berpacu sampai akhir di Liga Inggris, Carabao Cup, Piala FA dan Liga Champions musim 2021-2022. Sebuah situasi yang sempat memunculkan narasi soal Quadruple Winner, sama seperti di awal tahun 2024.
Meski berhasil mengawinkan titel Piala FA dan Carabao Cup, kelelahan mental, ditambah rasa sakit karena kalah di final Liga Champions dan pacuan juara Liga Inggris, membuat performa Si Merah di musim baru jadi berantakan.
Kekacauan yang ada semakin sempurna, ketika masalah cedera dan performa inkonsisten muncul bagai tanpa putus. Memang, ada perbaikan di akhir musim, tapi semua sudah terlambat.
Berangkat dari pengalaman di masa lalu, dan situasi yang belakangan muncul, rasanya perpisahan Liverpool dengan Juergen Klopp tidak akan menjadi satu perpisahan sempurna.
Meski begitu, dengan kekacauan yang ada di musim 2022-2023 dan peningkatan yang hadir sepanjang musim 2023-2024, akan  kurang realistis untuk mengejar juara sebanyak mungkin, karena tim saat ini masih belum cukup mampu menghadapi tekanan di fase krusial.
Menariknya, kalau dirunut lagi, masalah tekanan mental di Liverpool ini sejalan dengan alasan Juergen Klopp mundur di akhir musim 2023-2024. Seperti diketahui, pelatih asal Jerman ini berencana mundur, karena mengalami "kelelahan mental".
Meski Liverpool bukan jenis tim yang sangat ambisius meraih trofi, keinginan konstan untuk terus berprogres dan berprestasi dari eks pelatih Borussia Dortmund ini memang membuat para pemain berkembang.
Prestasi demi prestasi memang datang, tapi ketika titik jenuh datang, ini bisa sangat merusak. Kalau perjalanan The Reds musim 2023-2024 menjadi antiklimaks akibat kelelahan mental, seharusnya ini bisa jadi kesempatan ideal untuk memulai era baru, dengan kondisi mental lebih segar.
Dengan kegagalan sebelum mencapai fase akhir atau final, ada satu momen untuk menata ulang. Pada akhirnya, kegagalan sebelum di fase akhir tidak selamanya buruk atau payah, karena ada kesempatan lebih lama untuk melihat kembali sebelum "move on" dengan mantap.
Tapi, kalau Carabao Cup ternyata bukan trofi terakhir Juergen Klopp di Anfield, semoga itu tidak menciptakan euforia berlebih, tapi sebuah perpisahan manis, menuju era baru di klub Merseyside.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H