Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

City, Chelsea, dan Harga Mahal Sebuah Kemewahan

24 Maret 2024   06:35 Diperbarui: 30 Maret 2024   06:32 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kinerja finansial seperti ini sepintas mirip dengan yang sempat jadi fenomena umum di usaha "startup" sebelum terjadinya fenomena "bubble burst" terjadi: ada suntikan dana melimpah dari investor, tapi kinerja keuangannya payah.

Karena potensi kerusakan inilah, Liga Inggris belakangan cukup gencar memeriksa aspek finansial klub, dengan klub seperti Nottingham Forest dan Everton sudah kena sanksi pengurangan poin.

Dari yang sejauh ini berjalan, Chelsea dan Manchester City menjadi kasus paling besar sekaligus menyeramkan. Kalau mereka sampai terdegradasi, ini akan jadi satu cerita tragis. Apalagi, kalau semua gelar mereka dicabut.

Di sepak bola Britania Raya, kejadian ini sudah pernah terjadi di Skotlandia tahun 2012. Kala itu, Glasgow Rangers didegradasi ke kasta keempat, setelah dinyatakan bangkrut karena tak mampu melunasi hutang  sebesar 134 juta pounds.

(Skysports.com)
(Skysports.com)
Alhasil, rival bebuyutan Glasgow Celtic ini harus mulai lagi dari bawah. Rekor 54 gelar juara Liga Skotlandia (kala itu) tak bisa jadi jaminan.

Gers baru bisa kembali ke kasta tertinggi, setelah promosi musim 2016-2017. Setelahnya, mereka berprogres dengan meraih prestasi demi prestasi, seperti juara Liga Skotlandia (2020-2021), lolos ke final Liga Europa dan juara Piala Skotlandia (2021-2022), dan yang paling gres juara Piala Liga Skotlandia (2023-2024).

Secara kasus penyebab, kasus Rangers memang berbeda dengan Manchester City dan Chelsea, karena murni disebabkan oleh krisis keuangan akibat salah urus, bukan pelanggaran aturan secara berulang.

Kalau fokus pada sektor kinerja keuangan, kerugian menumpuk Chelsea, cerita tragis Rangers, dan masalah "ratusan kasus" Manchester City menunjukkan satu benang merah.

Mereka sama-sama masih (atau setidaknya pernah) punya kemewahan bisa belanja dengan dana besar, membangun tim yang mengejar trofi juara, dan tampil di kompetisi antarklub Eropa.

Tapi, mereka tidak benar-benar memikirkan keberlanjutan, yang dalam hal ini bisa didapat dari profitabilitas klub dan catatan bebas utang. Sebesar apapun sokongan dana dari pemilik klub, itu hanya akan jadi "bom waktu" kalau kinerja finansial klub memble.

Jika klub juga menjadi sarana melakukan tindakan menyimpang (pencucian uang atau sejenisnya) ini juga bisa jadi bumerang. Ketika semua terbongkar, habis sudah. Perlu waktu tidak sebentar untuk diperbaiki. Itupun kalau bisa diperbaiki.

Karena itulah, satu kemewahan yang didapat bukan dari proses yang sehat (mulai dari bawah atau semacamnya) tidak pernah punya keberlanjutan, karena memang tidak memikirkan keberlanjutan dari awal. Kalaupun ada dampak berkelanjutan, itu hanya berupa kerusakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun