Maka, wajar jika FSG bergerak mencari klub sepak bola kedua mereka. Sebagai langkah awal, mereka membidik Pedro Marques (Benfica) sebagai Direktur Olahraga klub kedua nanti.
Soal klub incaran, Santos FC sempat masuk radar FSG, karena punya akademi klub berkualitas. Kebetulan, klub yang mengorbitkan Pele dan Neymar ini juga sedang dilanda krisis keuangan.
Masalahnya, klub yang berlaga di kompetisi kasta kedua Liga Brasil ini masih resisten pada pemilik asing. Apalagi jika idenya adalah menjadi pemilik saham mayoritas klub.
Terbukti, upaya Qatar Sport Investment (QSI) membeli saham Santos tahun 2023 membentur jalan buntu. QSI sendiri sudah memiliki saham di PSG (Prancis) dan Braga (Portugal).
Jika melihat sosok Direktur Olahraga yang diincar, FSG tampaknya akan coba meniru strategi QSI, dengan mengincar klub Liga Portugal, jika tak mendapat klub Brasil. Kebetulan, Liga Portugal cukup dikenal punya reputasi bagus soal pencarian bakat dan mengorbitkan pemain muda.
Jadi, cukup masuk akal jika FSG nantinya mengakuisisi klub Liga Portugal dalam waktu dekat, yang nantinya menjadi satu "sirkel" dengan Liverpool, bahkan menjadi tempat "sekolah para pemain muda The Kop.
Di sisi lain, rencana FSG mencari klub baru, ditambah tren kepemilikan saham di beberapa klub oleh satu pihak dalam beberapa tahun terakhir, telah menjadi satu strategi menarik, yang (sejauh ini) mampu mengakali lonjakan standar harga transfer pemain.
Seperti diketahui, sejak transfer Neymar dari Barcelona ke PSG seharga 222 juta euro tahun 2017 silam, harga transfer dan gaji pemain bak terkena inflasi parah. Situasi makin runyam, ketika UEFA memperketat aturan Financial Fair Play, yang belakangan juga diterapkan (antara lain) di Liga Inggris dan Liga Spanyol.
Dengan makin kuatnya penegasan pada nilai keberlanjutan, mempunyai tim satelit jelas menjadi solusi logis, karena kesempatan mencari bakat dengan harga. masih masuk akal lebih terbuka.
Pada gilirannya, orientasi klub jadi lebih utuh, karena tak hanya berpikir soal meraih trofi untuk jangka pendek, tapi juga memikirkan bagaimana menjaga keberlanjutan di klub, supaya tetap bisa bersaing dengan kondisi keuangan yang sehat.
Terlepas dari sisi rawan yang antara lain berupa konflik kepentingan dan orientasi bisnis, rencana FSG ikut dalam tren "memiliki lebih dari satu klub" alias "multiclub ownership", akan menandai satu siklus lain di Liverpool, yang akan menyambut era pasca-Klopp.