Dengan kesempatan bermain yang lebih terbuka, ada kesempatan berkembang lebih luas. Meski ada kekhawatiran akan bernasib seperti Pratama Arhan di Tokyo Verdy dulu, status Hubner sebagai pemain pinjaman dari klub kasta tertinggi Liga Inggris jelas tak bisa diabaikan begitu saja.
Dari segi bisnis, transfer Hubner menjadi satu simbiosis mutualisme menarik, karena Wolverhampton bisa makin melebarkan sayap di wilayah Asia Timur.
Sebelumnya, klub milik Fosun Group (Tiongkok) ini sudah punya popularitas cukup baik di Korea Selatan, berkat kehadiran Hwang Hee Chan di tim utama. Pada era 2000-an, tim berlogo serigala ini juga pernah diperkuat Seol Ki Hyeon, rekan setim Park Ji Sung di Timnas Korea Selatan.
Selain Hubner, akademi Wolves juga pernah kedatangan He Zhenyu alias Dongda He. Pemain asal Tiongkok ini memperkuat tim akademi dan senior antara tahun 2018-2023, setelah sebelumnya menimba ilmu akademi Notts County sejak tahun 2012.
Pada prosesnya, pemain berposisi striker ini sempat dipinjamkan ke Beijing Guoan sepanjang tahun 2021, sebelum akhirnya benar-benar mudik ke Tiongkok, setelah dilepas permanen ke Changcun Yatai tahun 2023.
Transfer Dongda He sendiri membuat Wolverhampton cukup populer di Tiongkok, selain karena faktor negara asal pemilik klub. Tapi, meski bisa menjangkau pasar Tiongkok, transfer Dongda He kurang sukses secara teknis, karena selama waktunya di Molineux Stadium, pemain kelahiran tahun 2001 ini hanya tampil sekali bersama tim U-21.
Pola transfer Dongda He, yang kebetulan mirip dengan Hubner (karena diawali transfer pinjaman ke klub Asia) bisa juga menjadi satu cara "halus" melepas Hubner. Kebetulan, kontrak pemain kelahiran Belanda ini tuntas pertengahan tahun 2025.
Dengan kata lain, kalau kontraknya tak diperpanjang, pemain blasteran Indonesia-Belanda ini bisa pindah segera setelah masa pinjaman di Cerezo Osaka tuntas.
Kemungkinan terdekatnya, klub dari wilayah Kansai ini bisa mempermanenkan sang pemain di akhir masa pinjaman. Kebetulan, nilai pasar Hubner (menurut Transfermarkt) terbilang masih masuk akal buat klub Asia, yakni 200 ribu euro alias sekitar 3,4 miliar rupiah.
Jadi, meski sebenarnya lebih bagus dari Dongda He secara performa, posisi Hubner di Wolves agak kurang menguntungkan, karena posisi tim sedang berjuang menghindari ancaman degradasi.
Otomatis, kesempatan buat pemain akademi sepertinya naik ke tim utama akan lebih terbatas. Klub tak mau ambil risiko, kecuali si pemain memang punya kualitas sangat istimewa, atau sedang ada masalah cedera.