Dari profil pelatih asing Korea Selatan sejak era Guus Hiddink, sebenarnya terlihat seberapa tinggi ambisi KFA untuk (setidaknya mencoba) melangkah jauh di tingkat Asia dan dunia.
Untuk tingkat Asia, pasukan Negeri Ginseng memang bisa bersaing di level atas, karena memang merupakan satu kekuatan tradisional. Terbukti, ada sejumlah pemain dan pelatih asal Korea Selatan yang berkiprah di Asia, termasuk Shin Tae-yong (pelatih Timnas Indonesia) dan Kim Pan Gon (pelatih Timnas Malaysia).
Masalahnya, untuk melangkah jauh di tingkat dunia, spek pelatih lokal jelas masih belum cukup mengimbangi kemajuan kualitas pemain dalam beberapa tahun terakhir.
Karena itulah, kehadiran pelatih asing berpengalaman menjadi satu solusi. Otomatis, standar harapan pun ikut naik, dan menjelma jadi sebuah rutinitas.
Pada prosesnya, berhubung ekspektasi juara Piala Asia selalu muncul bersama target minimal lolos fase grup di Piala Dunia, harapan ini lalu menjadi sebuah tekanan besar, karena tidak ada kompromi apapun.
Pilihannya simpel: penuhi target atau keluar. Maka, normal kalau sejak era Guus Hiddink, pergantian pelatih asing di Timnas Korea Selatan cukup sering, karena sangat rawan dipecat.Â
Praktis, selain Hiddink, hanya Paulo Bento dan Pim Verbeek saja yang lolos dari pemecatan, karena kontraknya habis atau mengundurkan diri.
Sisanya, dicopot karena gagal lolos fase grup Piala Dunia, gagal di Piala Asia, atau tampil jeblok di beberapa partai kualifikasi Piala Dunia. Seperti pada kasus Ulrich Stielke, yang diganti Shin Tae-yong tahun 2017, akibat kalah beruntun di kualifikasi Piala Dunia 2018, setelah sebelumnya mampu melaju ke final Piala Asia 2015.
Tapi, di antara semua pelatih asing yang pernah bertugas, Juergen Klinsmann mungkin menjadi kasus paling aneh, karena legenda Timnas Jerman ini melatih tim seperti di game simulasi sepak bola: tidak banyak turun langsung melatih tim atau mengamati pemain di liga lokal, dan lebih banyak menghabiskan waktu di Amerika Serikat, tempatnya tinggal saat ini.
Selebihnya, tugas teknis banyak dikerjakan oleh tim staf kepelatihan, dengan Klinsi hanya terlihat mendampingi tim di seputar hari pertandingan. Kritik pun semakin deras, karena Son Heung-Min dkk menjadi semifinalis Piala Asia 2023 dengan penampilan kurang meyakinkan.