Bicara soal La Liga Spanyol, satu hal yang terlihat mencolok darinya adalah hegemoni Real Madrid dan Barcelona, dua tim tersukses sekaligus jagoan utama Spanyol di tingkat Eropa.
Dengan sederet prestasi dan sejarah panjang, ditambah popularitas global kedua tim, keduanya berhasil menciptakan daya tarik tersendiri. Alhasil, partai El Clasico biasa menjadi salah satu "dagangan utama" La Liga.
Masalahnya, akibat dominasi kedua tim yang lumayan mencolok di dalam negeri, tercipta sebuah duopoli yang membuat mereka terlihat superior. Alhasil, kompetisi domestik negeri Matador terlihat seperti "liga sepiring berdua", karena kedua tim selalu jadi kandidat juara terdepan.
Kalaupun ada tim lain yang bisa menggondol trofi juara liga, biasanya tim itu punya sesuatu yang istimewa. Entah dari talenta pemain, kejeniusan taktik pelatih, atau kombinasi keduanya, tim kejutan ini biasanya muncul sebagai lawan yang bisa memberi efek kejut mematikan.
Kehadiran tim kejutan sendiri merupakan satu dinamika umum dalam kompetisi olahraga kolektif seperti sepak bola. Sayang, tidak banyak tim kejutan yang bisa awet bersaing, sehingga eksistensi tim kejutan di La Liga terkesan timbul tenggelam.
Terbukti, Deportivo La Coruna yang pernah menggebrak di awal tahun 2000-an kini terdampar di kasta bawah Liga Spanyol. Valencia, yang juga pernah 2 kali juara liga di era 2000-an juga belakangan cukup sering berkutat di papan tengah Liga Spanyol.
Kalaupun ada tim "batu sandungan" yang lebih konsisten, itu baru muncul sedekade terakhir, ketika kejeniusan taktik pelatih Diego Simeone mampu membuat Atletico Madrid menjadi lawan alot buat Real Madrid dan Barcelona.
Di bawah arahan El Cholo, Atleti antara lain mampu meraih dua titel La Liga dan satu gelar Copa Del Rey. Tapi, rival sekota Real Madrid ini baru sebatas menjadi "orang ketiga" dengan siklus naik-turun cukup rumit, karena kerap bongkar pasang tim, demi menjaga kondisi keuangan klub tetap sehat.
Alhasil, nuansa dominasi duo Clasico terlihat seperti sebuah hegemoni yang susah diganggu. Duopoli ini belakangan hanya tinggal menyisakan Real Madrid sebagai "raja terakhir", khususnya sejak kondisi keuangan mulai Barcelona bermasalah saat masa pandemi.
Meski sempat juara liga musim 2022-2023, krisis keuangan kronis telah membuat Barcelona terlihat ompong. Tak ada lagi bintang mahal kualitas kelas satu yang datang ke Catalan, karena klub masih harus berjibaku mengatur anggaran gaji.