Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Xavi, Barca, dan Beban Berat Sebuah Ekspektasi

29 Januari 2024   23:10 Diperbarui: 31 Januari 2024   10:15 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelatih Barcelona Xavi Hernandez saat laga La Liga melawan Villarreal di Stadion Olimpic Lluis Companys, Barcelona, Minggu (28/1/2024) dini hari WIB. Xavi mengumumkan bakal mundur di akhir musim seusai kalah 3-5 pada laga ini. (AP Photo/Joan Monfort via Kompas.id)

Apa boleh buat, tekanan pun semakin berat dirasakan Xavi, hingga akhir pekan lalu ia mengumumkan rencana mundur setelah musim 2023-2024 berakhir.

Keputusan ini diumumkan, tak lama setelah Barca takluk dari Villareal 3-5 di liga, akhir pekan lalu. Dalam rilis resmi klub, faktor kelelahan mental menjadi pertimbangan utama.

Alhasil, Tim Catalan masih belum lagi menemukan sosok Pep Guardiola dan Luis Enrique baru di kursi pelatih, seperti halnya sosok Lionel Messi baru di lapangan hijau.

Segera setelahnya, sejumlah nama langsung dikaitkan sebagai calon penerus. Mulai dari mantan pemain Barcelona seperti Rafael Marquez (pelatih Barca B) dan Thiago Motta (Bologna) sampai dua pelatih tenar asal Jerman, yakni Hansi Flick dan Juergen Klopp.

Sejauh ini, Flick menjadi kandidat favorit, tapi dengan kebiasaan klub yang sejak era Pep Guardiola (2008-2012) cukup sering menunjuk mantan pemain sebagai pelatih, nama Marquez dan Motta tak bisa ditepikan begitu saja.

Di sisi lain, keputusan mundur Xavi juga menunjukkan, seberapa toksik tekanan yang ada, sehingga membuat pelatih rawan jadi sasaran tembak, dan mengalami kelelahan mental luar biasa.

Sebelumnya, ini sudah lebih dulu terjadi pada Pep Guardiola dan Luis Enrique, dua pemenang Treble Winner, yang sama-sama libur melatih sejenak, segera setelah mundur dari kursi pelatih.

Dalam sejarah klub sendiri, tidak banyak pelatih Barcelona yang awet dan pergi karena mengundurkan diri. Johan Cruyff yang melatih selama 8 tahun (1988-1996, rekor pelatih terlama klub) dan meraih beragam trofi saja tak luput dari pemecatan.

Begitu juga dengan Frank Rijkaard (2003-2008) yang meraih gelar Liga Champions dan La Liga. Ketika performa klub tak sesuai harapan, palu pemecatan siap diketok kapan saja.

Dengan profil sebagai satu klub raksasa Spanyol dan Eropa, lengkap dengan popularitas global, punya ekspektasi tinggi dan bongkar pasang tim memang jadi satu fenomena wajar.

Masalahnya, dengan kondisi keuangan klub yang masih kacau, sudah seharusnya ekspektasi yang ada sedikit lebih disesuaikan. Semakin tinggi profil pelatih yang dicari, biasanya semakin tinggi juga biaya yang harus disiapkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun