Dengan kata lain, ada sebuah siklus yang tampak sedang berjalan, dan diharapkan dapat kembali menuai sukses besar. Sebuah prediksi rasa ekspektasi yang tampak begitu berat.
Awalnya, situasi memang terlihat menjanjikan di musim penuh pertama Xavi sebagai pelatih. Pemain-pemain seperti Ferran Torres dan Robert Lewandowski menambah kekuatan tim, yang sebelumnya sudah diperkuat pemain muda potensial seperti Gavi dan Pedri.
Hasilnya, trofi Piala Super Spanyol dan La Liga musim 2022-2023 pun mampu diraih. Lewandowski juga mampu menjadi El Pichichi (top skor) La Liga dengan mencetak 23 gol, sementara Marc Andre Ter Stegen hanya kebobolan 18 gol, sehingga terpilih sebagai kiper terbaik (El Zamora) La Liga.
Sayang, situasi bagus ini tak berlanjut, setelah Blaugrana hanya mampu mendatangkan pemain veteran macam Ilkay Gundogan, Oriol Romeu, dan Inigo Martinez.
Memang, pemain-pemain berusia lebih muda seperti Joao Cancelo, Joao Felix dan Vitor Roque juga datang, tapi klub harus jungkir balik mengatur anggaran gaji, termasuk menyiasati keadaan Gavi yang absen karena cedera lutut parah.
Belakangan, diketahui kalau sebelum musim ini, Azulgrana bisa belanja pemain dengan memanfaatkan tuas ekonomi, antara lain dengan menjual saham aset klub sambil memanfaatkan hasil penjualan pemain.
Tuas ekonomi ini ampuh, tapi hanya untuk jangka pendek. Akibatnya, di bursa transfer musim 2023-2024 manuver belanja Los Cules jadi terbatas, dan ikut berdampak negatif terhadap performa tim.
Di liga, tim kesayangan Barcelonistas ini tampak terengah-engah mengejar laju Real Madrid dan tim kejutan Girona. Di Copa Del Rey, langkah Pedri dkk mentok di perempatfinal usai disikat Athletic Bilbao 4-2.
Satu-satunya harapan tersisa ada di Liga Champions, dengan Napoli sebagai lawan di perdelapan final, tapi jagoan Catalonia ini baru pertama kali lolos ke babak gugur, tepatnya sejak Lionel Messi hengkang tahun 2021 silam.
Sebagian dari tim masih kurang pengalaman di babak ini. Jadi, agak sulit melihat Barca bisa melangkah jauh sampai semifinal, apalagi juara.