Pada awalnya, 3 gelar Liga Inggris, 4 gelar Piala FA dan 4 gelar Community Shield sukses diraih dalam periode tahun 1996-2005. Titik puncak periode ini hadir, ketika Arsenal juara Liga Inggris musim 2003-2004 tanpa kekalahan.
Periode 9 tahun pertama bisa dibilang merupakan masa optimal Si Profesor di Arsenal. Kebetulan, situasinya kurang lebih mirip dengan Klopp di Liverpool: punya pemilik klub yang sangat irit belanja, bahkan cenderung pelit, karena anggaran belanja cukup banyak digunakan untuk membangun infrastruktur klub.
Bedanya, Arsenal membangun Emirates Stadium sebagai pengganti Highbury, sementara Liverpool merenovasi dan menambah kapasitas Stadion Anfield secara bertahap, plus membangun pusat latihan baru yang terintegrasi dengan akademi klub.
Ketika periode sukses ini berlalu, dan masih berlanjut, grafik prestasi tim malah menurun drastis. The Gunners mengalami puasa gelar antara tahun 2005-2013.
Di periode ini, konsistensi sebagai tim empat besar Liga Inggris dan tampil di Liga Champions menjadi satu-satunya nilai plus. Selebihnya, gagal maning, gagal maning.
Sebenarnya, lima tahun terakhir Wenger di Arsenal (2013-2018) cukup sukses, karena mampu meraih 3 titel Piala FA dan 3 titel Community Shield. Tapi, penurunan performa tim, yang ditandai dengan gagal lolos ke Liga Champions di dua musim terakhir sang pelatih, membuat semua harus berakhir pahit.
Akibatnya, Tim Meriam London harus membangun tim dari awal, dan baru menampakkan hasilnya di musim 2022-2023, ketika tim asuhan Mikel Arteta lolos ke Liga Champions.
Berangkat dari kasus Wenger ini, dan faktor "kelelahan" yang disebut Klopp, maka rencana mundur eks pelatih Borussia Dortmund ini menjadi satu keputusan yang cukup logis. Khususnya, dalam konteks sepak bola modern.
Memang, pernah ada sosok Sir Alex Ferguson yang 27 tahun menahkodai Manchester United (1986-2013) dan sukses besar. Tapi, gelimang prestasi Fergie diawali dari masa kering prestasi antara tahun 1986-1993, dengan Setan Merah hanya meraih 1 gelar Liga Inggris, 1 Piala FA, dan 1 Piala Liga.
Setelah paceklik itu, panen trofi memang datang, tapi ketika sang pelatih pensiun, Manchester United tak lagi sama.
Karena sepak bola modern adalah sebuah proyek olahraga (dan bisnis) yang (diharapkan dapat) berkelanjutan, maka ketika seorang pelatih ingin berhenti karena "lelah mental" setelah meraih beragam prestasi, ini adalah satu langkah yang bisa mencegah klub terjerat stagnasi dalam jangka panjang seperti di Arsenal dulu, atau mendapat "ledakan bom waktu" seperti di Manchester United pasca-Fergie.