Lebih parah lagi, kalau generasi senior dan generasi muda sama-sama ngotot. Semua jadi kacau, karena standar yang dipakai ternyata ganda atau lebih.
Padahal, kalau generasi senior dan generasi muda mau duduk sama rendah, berdiri sama tinggi, tidak ada ruginya. Malah, semua bisa jadi lebih adem, karena tak ada yang lebih bodoh atau pintar.
Semua punya kelebihan dan kekurangan masing-masing, yang jika disatukan bisa menjadi satu kekuatan hebat. Sayang, sisi konservatif budaya timur dan ego kadang masih tinggi.
Padahal, generasi muda membutuhkan panutan generasi senior untuk lebih bijaksana dan dewasa sebagai pribadi, sementara generasi senior membutuhkan generasi muda untuk persiapan regenerasi di masa depan.
Di sisi lain, punya budaya beserta nilai-nilai luhurnya memang penting, karena inilah jati diri bangsa. Masalahnya, kalau budaya itu malah menghasilkan standar ganda dan kekacauan setelahnya, berarti ada yang salah, dan itu baru bisa diperbaiki kalau sudah disadari bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H