Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Malaysia, Sebuah Potret Kemajuan Semu

21 Januari 2024   20:50 Diperbarui: 22 Januari 2024   08:51 1002
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di antara empat tim Asia Tenggara yang lolos ke Piala Asia 2023, performa Malaysia menjadi yang paling jeblok. Vietnam yang juga kalah 2 kali saja mampu mencetak dua gol, seperti halnya Indonesia dan Thailand.

Dalam beberapa kesempatan, FAM (PSSI-nya Malaysia) memang menyebut, mereka punya pandangan ke level Asia, bukan lagi ASEAN. Terbukti, mereka merekrut Kim Pan Gon yang pernah menjadi direktur teknik Timnas Korea Selatan, menaturalisasi sejumlah pemain di liga domestik, dan berburu pemain diaspora Malaysia di luar negeri.

Jelas, Malaysia punya rencana "naik level" secepat mungkin, tapi rencana ini jadi kontraproduktif, karena terkesan tidak terencana. Belum ada standar kualitas dan kriteria pemain yang jelas.

Ada pemain naturalisasi atau diaspora yang pernah main di liga kasta tertinggi luar negeri, tapi lebih banyak lagi yang bermain di dalam negeri, dengan usia sudah cukup senior.

Ini berbeda dengan Timnas Indonesia, yang punya perpaduan kriteria menarik, tapi punya standar kualitas jelas. Ada yang berpengalaman main di Eropa, ada yang masih berusia muda, dan ada juga yang pernah masuk tim nasional junior negara kelahiran, seperti Justin Hubner dan Sandy Walsh di Timnas junior Belanda.

Ditambah lagi, dari 7 pemain diaspora dan naturalisasi di Tim Garuda, 6 diantaranya bermain di klub luar negeri. Marc Klok yang saat ini bermain di Persib Bandung saja bahkan pernah bermain di Jong Utrecht (Belanda), Dundee United (Skotlandia), dan Cherno More (Bulgaria).

Ditambah pemain-pemain dari klub luar negeri seperti Asnawi Mangkualam (Jeonnam Dragons, Korea Selatan), Pratama Arhan (Suwon FC, Korea Selatan) dan Marselino Ferdinan (KMSK Deinze), keberadaan pemain-pemain abroad, diaspora dan naturalisasi di Timnas Indonesia mampu menaikkan level kualitas tim.

Tak heran, Timnas Indonesia yang kita lihat di Qatar berbeda dengan yang biasa kita lihat di Piala AFF. Mereka lebih kuat dan kompetitif, sehingga menciptakan harapan yang masih bisa dikejar.

Dengan perbedaan mendasar seperti ini, kuantitas jelas bukan faktor penentu, jika kualitasnya tidak signifikan, efeknya justru akan melemahkan tim di laga kompetitif, terutama jika bertemu lawan lebih kuat.

Di sisi lain, punya kompetisi domestik yang termasuk papan atas di level Asia ternyata bukan jaminan mutu yang sepenuhnya bisa diandalkan. Dengan perkembangan tren begitu cepat, perlu ada peningkatan kualitas secara kontinyu. 

Jika tidak, efeknya justru akan jadi bumerang. Adanya kemajuan memang penting, tapi jika sifatnya semu, itu bisa merugikan. 

Sejauh ini, efek itu sudah terjadi di Malaysia, dan semoga bisa segera disadari juga oleh PSSI dan pihak-pihak terkait.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun